Apa Kabar, Rasa Kemanusian?

Oleh: Yui

Berita duka silih berganti datang, baik dari dalam dan luar negeri. Tampaknya, manusia tengah berpacu untuk menunjukkan kekuatan mereka. Tidak peduli teriakan belas kasih ataupun duka nestapa yang dirasakan oleh orang lain. Bagi mereka, tertawa untuk mempertahankan ego cukup penting.

Darah telah bersimbah, tangis malaikat-malaikat tanpa sayap menggema, meminta mereka si penguasa untuk tidak lagi meluluhlantakkan dunia mereka. Akan tetapi, apakah didengar? Jawabannya tentu tidak, mungkin tidak. Apa lagi? Tidak ada jawaban pasti, bukan?

Saat puan dan tuan mencoba setenggak kenikmatan dunia. Sahaya tersenyum dengan datar. Ah, ini permainan logika yang dibentengi dengan rasa iba. Sahaya benar-benar kecewa, tetapi tidak punya kuasa karena bukan orang berkuasa.

Saat si miskin ingin menjadi kaya, saat si kaya ingin menjadi penguasa, saat si penguasa bercita-cita ingin menjadi Tuhan. Lantas, Tuhan asli pun hanya terdiam melihat sikap buruk rupa mereka. Boleh berandai, tetapi cukup tanpa bersikap beringas.

Hei, Tuan dan Puan. Ke mana rasa kemanusiaan akan kalian bawa jika bukan kepada manusia? Apakah memberi makan anjing-anjing lapar kalian lebih senang? Ataukah, memberi makan babi-babi rakus hobi kalian? Ah, mungkin, membuat perut dan rekening kalian buncit lebih bagus? Miris sahaya, Puan-Tuan. Akan tetapi, itulah sikap manusia. Serakah jika dibiarkan, tidak tahu harga diri jika dibatasi.

Perang memang sudah lama berkobar, tidak ada henti dan tidak akan pernah berhenti sampai kiamat yang dinanti datang. Lantas, tidak bisakah Puan dan Tuan menurunkan ego agar tidak ada korban yang sebenarnya bukanlah korban. Tuan-Puan punya hati, bukan? Lantas, mengapa masih seperti anjing kelaparan?

Ah, lupa. Sahaya ingin menyapa rasa kemanusiaan dari manusia-manusia suci. Apa yang terjadi, bukan bentuk cobaan dari Tuhan. Akan tetapi, bentuk teguran agar tidak memandang sebelah orang lain. Tuan-Puan agungkan masalah lain, tetapi Tuan-Puan lupakan bahwa ada yang lebih tertindas di rumah sendiri. Karena Tuah-Puan pandai bermain kata, tentu kalian paham makna yang sahaya untai ini, bukan? Jika tidak paham, ya, tidak masalah. Sahaya lebih senang Tuan-Puan bodoh di satu bidang.

23 Oktober 2023

Yui
Penulis dan Pengarang

    Kata-Kata indah untuk Puisi yang Harus Kalian Ketahui

    Previous article

    Belajar Bahasa Baku Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Sehari-Hari

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *