Sumber Foto : Google Images

Keengganan mencari informasi dengan memperkaya literasi baik dari media terpercaya maupun dari narasumber yang memiliki kapasitas yang memadai menjadi salah satu sumber bibit penyakit yang menyebabkan benih intoleransi dalam diri seseorang tubuh subur, hal tersebut diperkuat dengan adanya sikap fanatik terhadap Suku, Budaya, Ras, bahkan Agama tertentu. Sikap fanatik tersebut menganggap Suku, Budaya, Ras, hingga Agama yang di anut adalah yang paling benar dan paling tinggi sehingga cenderung memandang rendah Suku, Budaya, Ras, dan Agama lainnya.

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri dan dibangun karena perjuangan bersama, bukan oleh satu Suku atau Agama tertentu. Para pejuang kemerdekaan Indonesia dari ujung Sabang hingga Merauke, dari berbagai Suku dan Agama semua saling bahu-membahu untuk mengusir penjajah yang telah menyengsarakan Rakyat Indonesia.

Sebagai generasi penerus bangsa, kita juga sudah mempelajari sejarah awal mula dibentuknya undang-undang sebagai landasan dan dasar hukum yang memperkuat keberadaan Negara Indonesia untuk dapat diakui oleh Dunia sebagai negara yang telah merdeka sehingga mampu mengatur sendiri kehidupan berbangsa dan bernegara.

Piagam Jakarta, ternyata sampai saat ini masih banyak pihak yang ingin mengembalikan Piagam Jakarta sebagai dasar hukum negara. Kita semua juga tahu jika pada saat itu Piagam Jakarta tetap di pertahankan tanpa mengalami perubahan, maka para pejuang kemerdekaan Indonesia dari wilayah timur memilih untuk membuat negara sendiri, sehingga Indonesia hanya memiliki wilayah bagian barat dan wilayah bagian tengah (sehingga tidak ada lagu dari Sabang sampai Merauke), dan bisa di mungkinkan wilayah bagian tengah termasuk Bali juga tidak mau bergabung kedalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ketika NKRI tidak terbentuk apa bedanya negara kita dengan negara bentukan sekutu dengan nama Hindia Belanda yang merupakan negara yang terdiri dari negara bagian. Ketika NKRI tidak terbentuk maka penjajah jelas dengan mudah kembali mengobrak-abrik negara yang baru saja berdiri.

Mengingat perjuangan dari para pahlawan, rasa senasib dan sepenanggungan, serta keinginan untuk hidup berdampingan antar Suku, Budaya, Ras dan Agama, maka NKRI dapat berdiri tegak hingga saat ini. Melalui dasar hukum yang kuat, pemerintah memberikan hak yang sama kepada setiap penduduk Indonesia dan melindungi masyarakat Indonesia yang memiliki perbedaan Suku, Budaya, Ras dan Agama.

Pemerintah juga mengayomi dan memfasilitasi para penganut aliran kepercayaan. Kita sebagai generasi penerus bangsa, harus tahu dan wajib tahu bahwa di negara kita tercinta selain terdapat enam Agama besar juga terdapat kelompok masyarakat aliran kepercayaan seperti; Sunda Wiwitan, Kejawen, Kaharingan, Ugamo Malim, Marapu, dan masih banyak lagi lainnya.

Perbedaan Suku, Budaya, Ras, Agama, hingga perbedaan Sistem Kepercayaan warisan nenek moyang, harusnya dipahami sebagai suatu kekayaan yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Seperti halnya pelangi yang indah karena warna yang berbeda, seperti bunga di taman yang beraneka ragam bentuk dan warnanya, demikian juga NKRI dikenal Dunia sebagai negara kepulauan yang memiliki banyak perbedaan, meskipun demikian Dunia juga tahu bahwa perbedaan tersebut tidak menghalangi masyarakat Indonesia untuk bersatu.

Kita sebagai generasi penerus bangsa, yang mewarisi tongkat estafet untuk perjuangan pembangunan bangsa harusnya malu pada diri sendiri, jika tidak dapat memberikan sumbangsih untuk kemajuan bangsa, terlebih lagi justru malah merong-rong dan menggerogoti persatuan dan kesatuan bangsa.

Penulis ingin berbagi nasihat dari para pejuang pembangunan “Jika kamu mampu, turut lah membangun. Jika tidak sanggup membangun jagalah. Jika tidak sanggup menjaga jangan hancurkan NKRI yang sudah di bangun oleh para pendahulu. Penulis juga yakin, Kakek Nenek dari setiap kita ikut serta berjuang melawan penjajah.

Penulis juga memastikan, ketika Piagam Jakarta ingin di jadikan sebagai dasar hukum NKRI, maka Sahabat kita di Wilayah Timur akan memisahkan diri dari NKRI. Ketika Wilayah Timur memisahkan diri dari NKRI maka tinggal menunggu waktu saja Wilayah Tengah termasuk Bali juga ikut memisahkan diri.
Maka hanya ada satu keputusan NKRI harga mati dan hargai segala macam perbedaan, niscaya timbul kedamaian di Bumi Pertiwi ini.

Suyadi

Film Sayap-Sayap Patah: Teroris Itu Ada Dan Harus Di Waspadai

Previous article

Pencinta Perdamaian? Sini Ngumpul Lewat Film (Bag 1)

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini