Wisuda adalah moments yang paling di tunggu-tunggu oleh para mahasiswa setelah sekian tahun mempelajari teori-teori ilmu pengetahuan serta menyelesaikan tugas akhir yaitu skripsi. Namun beberapa tahun belakangan, masyarakat cukup heran dengan maraknya wisuda yang banyak terjadi pada acara kelulusan atau pelepasan siswa SMA/K, SMP, SD, bahkan PAUD/TK.

Beberapa orang tua akhir-akhir ini bahkan menjadi resah dan gelisah ketika anak-anak mereka menghadapai kelulusan, karena saat itu anak mereka akan meminta toga wisuda lengkap dengan jubahnya untuk acara wisuda kelulusan mereka yang masih di jenjang Sekolah Dasar (SD) bahkan Pendidikan Anak Usia Dini maupun Taman Kanak-kanak (PAUD/TK).

Bagi sebagian orang, fenomena ini adalah sesuatu yang wajar dan biasa dengan dalih ekspresi kebebasan, bersenang-senang, hingga hanya untuk kepentingan foto-foto belaka.

Hal yang di anggap wajar menjadi sesuatu yang meresahkan maupun aneh bagi beberapa orang tua, bagaimana tidak, jika orang tua tersebut dari golongan ekonomi menengah ke bawah, jangankan untuk membeli menyewa toga dan jubah untuk anak-anak mereka pun cukup memberatkan, belum lagi jika anaknya bukan hanya satu yang sedang mengikuti acara kelulusan. Bagi sebagian orang tua lainnya menjadi aneh karena melihat anak mereka yang baru menempuh sebagian kecil dari sekian panjang deretan jenjang pendidikan Indonesia sudah memakai toga di usia yang masih sekecil itu.

Dan bagi pemerhati anak hal tersebut akan sangat aneh dan memprihatinkan saat melihat anak-anak kecil ber-make up tebal dan berhigh-hell tersebut meluluhkan segala kepolosan dari anak-anak. Entah siapa yang memulai dan entah apa alasannya?, hingga akhirnya banyak lembaga pendidikan yang mengikuti dan latah meniru acara perpisahan anak PAUD/TK maupun SD dengan menggenakan toga wisuda secara lengkap.

Hal yang paling disayangkan karena anak-anak kecil itu, tentu saja belum tau apa makna wisuda. Tidak adil rasanya jika anak-anak tersebut tidak mendapatkan penjelasan mengapa mereka harus memakai toga.

Bahkan banyak mungkin diantaranya orang tua yang tidak tau makna simbolik dari toga wisuda, karena sesungguhnya warna hitam jubah itu adalah simbol misteri kegelapan yang berhasil diterobos oleh para wisudawan/Wati selama duduk di bangku perkuliahan. Sedangkan topi memiliki lima persegi dimana seorang sarjana dituntut untuk melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang yang berbeda dan berfikir secara rasional, dan bukan malah berfikiran sempit.

Pemindahan kuncir toga dari kiri ke kanan memiliki makna telah selesainya teori, materi, dan arahan yang di berikan oleh dosen yang selanjutnya harus di aplikasikan, diterapkan, dan diamalkan pada dunia kerja maupun masyarakat.

Belum lagi makna tali dan tassel pada topi toga yang harusnya dipahami oleh guru dan para sarjana, semuanya tidak sesuai dengan kelulusan jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, terlebih lagi anak-anak PAUD.

Jika dulu wisuda memiliki makna yang agung dan simbol kebanggaan karena merupakan pencapaian seseorang setelah melewati berbagai jenjang pendidikan, serta keberhasilan seseorang meraih gelar pendidikan tinggi yang telah lama dicita-citakan,
Maka sekarang makna wisuda tergerus seiring maraknya seremonial wisuda di tingkat SMA/K, SMP, SD, bahkan PAUD/TK. Nilai dan makna wisuda kian menurun, jika dulu mendengar acara Wisuda merujuk pada sarjana, kini wisuda berarti kelulusan semata.

Jika penulis boleh memberi saran, ada baiknya pelaksanaan acara wisuda pada jenjang PAUD/TK, SD, SMP, SMA/K tersebut ditinjau dan dikaji ulang azas kebermanfaatannya, Bukankah lebih baik jika guru melibatkan siswa-siswi dalam kepanitiaan mempersiapkan acara pentas seni, dekorasi panggung, pembuatan photobooth yang sesuai tema kelulusan juga sesuai dengan usia dan jenjang pendidikannya.

Pelepasan siswa masih bisa diselenggarakan secara sakral tanpa perlu mereka bergaya seperti mahasiswa yang telah menyelesaikan skripsi, atau bahkan hanya sekedar mengikuti trend yang sedang viral. Perjalanan anak-anak tersebut masih panjang di dunia pendidikan dan biarlah mereka merasakan kebanggaan mengenakan toga wisuda yang sesungguhnya.

Teramat besar beban yang mesti dipukul para pemakai toga, jangan memaksakan beban itu kepada anak-anak lulusan SMA/K, SMP, SD terlebih PAUD/TK. Semoga makna wisuda tidak hanya sekedar seremoni apalagi hanya sekedar simbol kelulusan tanpa tau arti, namun dapat di implementasikan oleh para sarjana dan biarlah anak-anak tersebut memiliki cita-cita untuk mengenyam pendidikan yang tinggi sehingga bangga mengenakan Toga wisuda kelak di kemudian hari.

Suyadi

ACT dan Dana Umat

Previous article

Unand Dan Fakultasnya yang Bertaraf Internasional

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini