Oleh Miko Kamal
Ketua MJP (Masjid Jihad Perak)
Sumber Foto :@bersama_mikokamal
Namanya Tjia Pek Sui. Sering juga dipanggil Ko Dang. Lahir di Padang pada 11 Februari 1957. Sudah 63 tahun usianya sekarang. Agamanya Budha. Tertulis di dalam kartu keluarga (KK) dan kartu tanda penduduknya (KTP).
Dari tampilannya, kesehatan Tjia Pek Sui kelihatan kurang fit. Jalannya tidak stabil. Agak condong ke kiri kalau sedang berjalan. Sekilas seperti orang yang pernah terkena tampa malapari. Wallahualam.
Tjia Pek Sui tinggal di Jalan Ratulangi No. 20 Padang. Rumahnya sekaligus sebagai tempat berjualan. Di belakang rumah, di depan kedai. Kedai kelontong kecil. Menjual serba sedikit kebutuhan harian. Kedainya juga menyediakan minuman dan makanan kecil.
Saya sudah cukup lama kenal Pak Tjia Pek Sui. Sejak saya tinggal di Jalan Perak. Tak jauh dari rumah beliau. Tapi, tidak terlalu kenal dekat. Paling juga saling bersapa ketika saya lewat di muka kedainya atau beliau lewat di depan rumah saya.
Sama seperti banyak warga lainnya, pandemi Corona berdampak terhadap ekonomi Tjia Pek Sui. Sejak Corona datang, tidak banyak lagi orang singgah di kedainya. Kedainya sepi.
Pada Ahad 10/5/2020, sekira pukul 11.30, Tjia Pek Sui datang ke Masjid Jihad Perak (MJP). Pada waktu itu, kami sedang membagikan beras untuk warga yang terdampak Corona. Ini sudah tahap keempat. Tiga tahap sebelumnya kami bagikan untuk dhuafa dan mubaligh yang di waktu normal memberikan pencerahan di MJP.
Saya agak terkejut begitu beliau datang. Di tangan Tjia Pek Sui ada kopian KTP dan KK. Sama seperti warga yang datang ke masjid siang itu. Saya terkejut karena nama beliau tidak termasuk di dalam daftar yang akan menerima pembagian siang itu. Dia bukan orang yang kami undang untuk menerima bantuan.
“Masih ada beras Pak?”, Tjia Pek Sui bertanya kepada saya.
“Masih, Pak”, jawab saya sigap.
“Silakan Bapak mendaftar dulu di meja itu”, saya mengarahkan beliau untuk mendaftarkan diri di meja panitia.
Beliau mendaftar dan meninggalkan kopian KTP dan KK. Kemudian, beliau mengambil sekarung beras (10 kg), membawanya ke luar halaman masjid dan seterusnya pulang, dibantu seorang koleganya yang memboncenginya dengan sepeda motor.
Tjia Pek Sui memang salah seorang warga sekitar MJP yang layak dibantu. Beliau bukan warga yang ekonominya berkecukupan. Secara zahir begitu. Pandemi Corona tambah menyulitkan kehidupannya.
Seharusnya, pada pembagian tahap pertama Tjia Pek Sui sudah mendapatkannya. Tapi, terus terang, selama ini beliau memang kurang jadi perhatian kami para pengurus masjid untuk dibantu. Pasalnya, kami memendam kekhawatiran. Khawatir, jika ditawarkan bantuan dari masjid, beliau tidak mau menerimanya bahkan mungkin tersinggung dengan pemberian kami.
Sebagai ketua MJP, saya merasa bersalah dan juga bersyukur. Merasa bersalah karena kami terlambat memberikan bantuan kepada bapak dengan 1 orang isteri dan 1 anak itu.
Bersyukur karena Allah memberikan kesempatan kepada kami (pengurus MJP) untuk membuktikan bahwa kami tidak membeda-bedakan orang dalam memberikan bantuan.
Dengan kejadian di bulan Ramadan ini, Allah serupa ingin memberikan pelajaran penting kepada kami; soal perut adalah urusan universal, dan tidak boleh ada satu sekatpun merintangi orang yang beperut lapar untuk diberikan bantuan. Apapun agama, warna kulit dan asal-usul keturunannya.
Saya teringat dengan satu kisah masyhur tentang Rasulullah yang setiap pagi menyuapi seorang pengemis Yahudi buta di sudut kota Madinah. Kisah itu menjadi salah satu panduan relasi umat Muhammad saw dengan umat lainnya.
Di dalam kisah itu disebutkan, Rasulullah menyuapi si pengemis dengan sepenuh hati. Meskipun pada saat disuapi, si pengemis selalu menyebut-nyebut Rasul yang belum dikenalnya sebagai orang jahat, gila, pembohong dan tukang sihir. Itulah pengemis Yahudi buta yang kemudian mengucapkan dua kalimah syahadat di hadapan Abu Bakar ash-Shiddiq ketika Rasul sudah tiada.
Mudah-mudahan bantuan yang diberikan MJP berfaedah bagi Tjia Pek Sui dan keluarganya. Mudah-mudahan juga Allah mengampuni kesalahan kami yang agak telat memberikan bantuan dari masjid kepada Pak Tjia Pek Sui yang ternyata membutuhkannya.
Padang, 13 Mei 2020
Comments