Oleh: Yui
Berorasi bangsawan di atas singgasana
Meneriaki janji-janji yang sebenarnya telah lama basi
Urat nadi keluar tanpa diminta
Mata memerah, tetapi ucapan tidak ada solusi
Bangsawan melemparkan senyum manis
Tuan-tuan berpakaian compang-camping tersenyum sinis
Mereka layaknya domba yang sesat di padang rumput
Tidak tahu siapa yang akan memangsa terlebih dahulu
Puan-puan bertepuk tangan
Iring-iringan memekakkan telinga kerical
Tuan-Tuan membungkam mulut
Sogok menyogok sepertinya sudah menjadi tradisi
Kembali bangsa(t)wan berorasi
Menjanjikan dunia indah layaknya negeri fantasi
Bukankah itu mustahil?
Iya, tiada yang percaya karena Tuan-Tuan seperti kerbau dicucuk hidung
Sahaya menyaksikan semua itu merasa pilu
Suara-suara diberi, Tuan-Tuan dikebiri
Suara-suara diberi, bangsawan pun tidak tahu diri
Suara-suara diberi, Tuan-Tuan seakan-akan tidak ada harga diri
Lantas, bagaimana alam akan membalas?
Tentu sangat mudah dan akan menjadi beringas
Lihat saja nanti jika bangsawan ingkar janji
Tangan Tuhan pun akan datang dengan sendiri
Bukan sahaya ingin mengutuk bangsa sendiri
Tapi banyak sumpah yang dari bangsawan
Mereka melanggar sumpah saat duduk di singgasana
Mereka seakan-akan tidak takut dengan Tuhan
Bukan sahaya pesimis ataupun sinis
Sudah banyak yang terjadi, tetapi banyak yang lupa diri
Bahkan, bagian ironis mereka saling menyalahkan
Begitulah jika hati sudah mati, sulit untuk dinasihati
Indonesia, 09 Januari 2024
Comments