Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

— Sapardi Djoko Damono

Itulah salah satu puisi romantis dari seorang sastrawan terkenal di Indonesia Sapardi Djoko Damono. Ia adalah seorang pujangga berkebangsaan Indonesia terkemuka. Ia kerap dipanggil dengan singkatan namanya, SDD. SDD dikenal melalui berbagai puisinya mengenai hal-hal sederhana namun penuh makna kehidupan, sehingga beberapa di antaranya sangat populer, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum.

Sajak-sajak Sapardi telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja aktif menulis puisi, tetapi juga cerita pendek. Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esai, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.

Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti “Aku Ingin” (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), “Hujan Bulan Juni”, “Pada Suatu Hari Nanti”, Akulah si Telaga”, dan “Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari”. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi oleh mantan-mantan mahasiswanya di FIB UI, yaitu Ags Arya Dipayana, Umar Muslim, Tatyana Soebianto, Reda Gaudiamo, dan Ari Malibu. Dari musikalisasi puisi yang dilakukan mantan-mantan mahasiswa ini, salah satu album yang terkenal adalah oleh Reda dan Tatyana (tergabung dalam duet “Dua Ibu”). Selain mereka, Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.

pada hari ini 19 Juli 2020 beliau harus menghadap sang pencipta. Setiap individu yang menyukai sastra pasti akan mengenang karya beliau. Hal ini di buktikan dengan #sapardidjokodamono yang membanjiri Instagram yang tercatat pada pukul 22.00 WIB telah menembus 77 ribu kiriman. Dimana kiriman populer lebih banyak memuat kepergian beliau.

kepergian beberapa seniman tanah air pada tahun ini menjadi lecutan yang besar bagi para seniman dan sastrawan di Indonesian untuk terus berkarya positif sehingga pada akhir hayat nanti akan terus dikenang karya tersebut oleh penerus bangsa.

Tidak hanya itu, sebuah karya positif ternyata juga berdampak positif bagi seseorang yang punya karya. Beberapa waktu yang lalu almarhun Didi kempot juga mendapatkan apresiasi yang serupa dengan Sapardi Djoko Damono dimana pemberitaan nasional maupun media sosial dibanjiri dengan ucapan bela sungkawa dari pengagum maupun yang kenal dengan karyanya.

Jadi mulailah hari ini terus bercita-cita yang tinggi, berkerja berkali-kali lipat dan berkarya lah dengan positif agar bangsa ini masih punya harapan untuk maju dan maju lagi.

Gusveri Handiko
Blogger Duta Damai Sumbar Tamatan Universitas Andalas Padang Menulis Adalah Salah Satu Cara Untuk Berbuat Baik

    Pentingnya Berpikir Kritis Sebagai Benteng Diri

    Previous article

    Buya Duski Samad Launching Virtual 6 Buku

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Edukasi