Terlalu asyik dengan laptop, musik, dan juga naskah yang ditik, seorang gadis yang tidak lain bernama Putri, tidak sadar bahwa jam telah menunjukkan pukul tiga sore. Gadis itu mengangguk kecil, lalu melihat ke arah samping sambil tersenyum. Hal tersebut membuat beberapa orang yang duduk di sana menatap heran dan saling berbisik, membuat Putri spontan melepas sebelah earphone yang digunakan.
Barang-barang yang berserakan di atas meja, segera dikumpulkan dan dimasukkan ke tas oleh Putri. Lalu, gadis itu mengambil kantong plastik yang berisi sampah dan mengambil botol minuman yang sudah kosong di bawah meja. Ia pun pergi dari sana.
Setibanya di luar, ia tersenyum ketika melihat bak sampah. Akan tetapi, senyuman kecil itu memudar ketika melihat sampah-sampah plastik bertebaran di mana-mana. Padahal, bak sampah yang ada terlihat belum penuh. Sedikit mengangguk dan kembali tersenyum, Putri berjalan ke arah bak tersebut.
Setelah membuang dua sampah yang dipegang ke bak, Putri merogoh saku tas, mengambil masker dan sarung tangan lateks yang biasa digunakan dalam keadaan darurat. Ia memungut sampah-sampah plastik tersebut dan meletakkan ke bak. Tidak ada rasa jijik dalam diri gadis itu ketika melakukan hal seperti itu.
Tiba-tiba, seorang wanita tua menghampiri Putri. Wanita yang tidak lain petugas kebersihan itu meminta maaf dan berterima kasih kepada Putri karena telah ditolong. Ia pun ikut memungut sampah-sampah, kemudian memisahkan sampah tersebut sesuai jenisnya.
“Cantik-cantik tapi tukang pungut sampah,” ucap seorang laki-laki yang tengah berdiri di dekat sana.
Mendengar ucapan laki-laki tersebut, lantas Putri mendongak, melihat gerangan yang berkata seperti itu. Gadis itu mengernyitkan dahi, menatap tidak suka ke arah laki-laki yang menyindirnya itu.
“Kenapa? Apakah kamu tidak terima? Padahal, dengan tubuh ideal seperti itu, kamu bisa melamar pekerjaan di perusahaan besar. Akan tetapi, kenapa memilih menjadi tukang pungut sampah?” sindir laki-laki itu.
Putri melihat ke arah wanita yang tengah menggeleng, kemudian mengangguk kecil. Ingin menjawab ucapan kasar dari laki-laki itu, tetapi diurungi oleh Putri. Daripada mencari perkara yang akan menimbulkan perdebatan, lebih baik Putri membantu wanita tua itu untuk memungut sampah.
Gadis itu langsung menutup mata ketika laki-laki itu melempar kepalanya dengan botol mineral kosong. Ia mengepal, mengembuskan napas kasar, kemudian menyeringai di balik masker. Ia melihat ke arah wanita tua tadi, lalu memberi tahu bahwa dirinya baik-baik saja.
Tidak sampai lima menit, semua sampah telah masuk ke bak sesuai jenisnya. Putri membuka sarung tangan lateks beserta masker, membuang sampah anorganik itu ke bak. Ia pun pamit pergi dari sana setelah memberi wanita tua itu botol minum yang baru.
Baru beberapa langkah, gadis itu mendengar suara teriakan. Ia dan wanita tua itu saling melirik, kemudian berlari kecil ke arah sumber suara itu berasal. Mereka tersentak ketika mendapati laki-laki yang mencari perkara tadi terjatuh ke riol.
“Apakah ini ulahmu, Firdaus?” tanya gadis itu dengan nada kecil, kemudian melihat ke arah samping.
“Iya, Tuan. Aku benci ketika dia menghina Tuan seperti itu. Jadi, aku masuk ke tubuhnya, lalu menjatuhkan diri ke riol,” ungkap pria tampan yang tidak kasar mata itu.
“Ada tiga jenis sampah di dunia ini, yakni sampah yang bisa didaur ulang, sampah yang tidak bisa didaur ulang, dan sampah masyarakat. Salah satu contoh sampah masyarakat yakni laki-laki yang menghina Tuan. Padahal, memungut sampah salah satu cara menjaga lingkungan hidup. Akan tetapi, dengan sombongnya dia menghina orang-orang yang melakukan tugas mulia.”
Putri hanya mengangguk kecil. Perkara sampah memang sederhana, tetapi banyak orang yang mengabaikannya. Hal tersebut, lantas membuat lingkungan sekitar semakin kotor karena minimnya kesadaran dari manusia itu sendiri.
“Jadi, apakah kita perlu membantunya, Nona?” tanya wanita tua itu.
“Tidak perlu, Bu. Mari kita pergi,” ajak Putri, kemudian melangkah pergi.
Indonesia, 03 Juni 2022
Comments