Sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu generasi milenial yang saat ini paling muda berumur 24 tahun pasti mempunyai mata pelajaran wajib di bidang ilmu Pengetahuan Sosial yaitu menghafal nama-nama pahlawan bangsa ini. Dimasa itu mungkin kaum milenial merasa tidak ada gunanya menghafal nama-nama para pejuang dimasa lalu.
Akan tetapi ketika generasi dibawahnya yaitu generasi Z, yang hampir minim mendapatkan mata pelajaran itu dibangku sekolahan ada kemungkinan kaum milenial merasa mereka sangat beruntung ketika bersekolah dahulu dimasa-masa itu. Termasuk penulis sendiri, rasanya masa-masa SD walaupun dahulu jika tidak bisa menghafal minimal 10 orang pahlawan daerah atau nasional tidak jarang dihukum oleh guru berdiri didepan kelas, namun harus di akui masa-masa itu tetap indah.
saat zaman berubah, maka pola ajar dan pola hidup pun berubah. Di saat tahap generasi z memenuhi media sosial dengan segala tingkahnya di media sosial tentunya dengan kemudahan teknologi yang mereka dapat pada zamannya menyisakan satu tanda tanya di benak penulis apakah mereka masih kenal dengan para pahlawan bangsa ini dahulu, para pahlawan daerah maupun nasional Nusantara ini. Mungkin ada yang masih dan kemungkinan besar banyak yang tidak tahu bahkan tidak peduli sama sekali.
Disisi lain, pelajaran sejarah atau ilmu pengetahuan sosial akan terus berubah kurikulumnya sehingga lambat laun pelajaran ilmu pengetahuan sosial atau sejarah hanya terfokus pada segmen yang kecil saja, seperti di bangku SMP atau SMA yang itupun tidak mengenalkan semua para pejuang negeri ini.
Penulis tidak bisa menyalahkan kurikulum yang ada saat ini karena penulis tidak mempunyai kompetensi di dalam hal tersebut. Akan tetapi penulis yakin pasti ada penyebabnya tersendiri yang bisa jadi berhubungan dengan adanya pelajaran sejarah mungkin tidak berkorelasi positif dengan zaman saat ini. Namun kita juga tidak boleh berpangku tangan saja sebagai orang tua dirumah, mulailah jadi pahlawan bagi anak-anak anda dirumah dengan menceritakan para pejuang bangsa dimasa lalu.
Para orang tua di era ini banyak mengeluh bahwa anak-anak mereka sulit untuk di atur karena tidak mau mendengarkan kata-kata dari orang tuanya. Penulis sebagai mencermati beberapa hal yang membuat hal itu terjadi yang kesemuanya bermuara pada komunikasi efektif antara anak dan orang tuanya dan pada akhirnya masalah bukan dari anak namun orang tua yang tidak mampu mencari solusinya.
Dari balita seorang anak kadang dikasih kebebasan untuk memainkan smartphone orang tuanya dengan dibiarkan melihat YouTube namun sayang tidak pernah didampingi. cerita pahlawan dimasa lalu mungkin akan menjadi salah satu bahan untuk mendekatkan hubungan komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anaknya.
Pada Momentum hari pahlawan ini yang selalu diperingati pada tanggal 10 November seharusnya menjadi momen baru bagi orang tua di seluruh Indonesia untuk menjadi pahlawan bagi anak-anak nya di rumah. Zaman mungkin berubah namun komunikasi antara orang tua dan anak tidak boleh berubah, harus tetap ada dan harus melalui tatap muka karena bagaimanapun sehebat hebatnya para pahlawan nusantara ini dahulu mengusir penjajah mereka tidak akan bisa mengalahkan kepahlawanan dua orang tua mereka di dalam sebuah keluarga.
Jika para orang tua menginginkan anaknya sukses dimasa yang akan datang berusahalah dari dini untuk mendidik anak dirumah. Sekolah mungkin bisa memacu orang menjadi pintar namun sekolah belum tentu bisa membuat orang menjadi cerdas. Disinilah peran orang tua mereka dirumah. Mendidik mereka dengan kasih sayang dengan mengedepankan komunitas yang efektif dan positif dengan anak-anak mereka. Jadilah pahlawan bagi anak-anak mu dirumah wahai orang tua di seluruh Indonesia agar engkau tidak menyesal dihari tua nantinya.
Comments