Di balik tabir hutan belantara,
Di mana sungai bercerita, alam berpadu nyata,
Aku, putri Dayak, penguasa mimpi dan doa,
Merindukanmu, oh semangat yang mengembara jauh.
Rinduku menyala bagai api dalam tungku,
Merayap lembut, merasuk tulang, memanggil namamu.
Di setiap desir angin, di setiap gemericik air,
Tersemat kenanganmu, lekat dalam denyut nadi.
Langit luas membentang, lukisan mega dan bintang,
Mengingatkanku pada matamu, kilauan penuh harapan.
Di setiap malam, aku menatap langit yang sama,
Bertanya, apakah kau juga merasakan rasa yang sama?
Desahan daun dan nyanyian burung,
Menjadi saksi bisu atas lagu cinta yang tergantung.
Aku menari, melantunkan irama penantian,
Berharap semilir angin membawa pesan hati ke tanganmu.
Di sini, di tanah leluhurku, waktu seolah berhenti,
Setiap detik terasa abadi, menunggu janji yang terpatri.
Oh kekasih, yang kini jauh di mata, dekat di hati,
Kau bagaikan mimpi yang indah, namun sulit kugapai.
Semoga suatu saat, ketika matahari terbit di ufuk timur,
Kita akan bertemu lagi, merajut kembali kisah cinta yang sempurna.
Di tanah Dayak, di bawah langit yang sama,
Kita akan menyatukan dua hati yang telah lama berpisah.
Comments