Oleh: Yui

Dalam menulis, baik menulis fiksi ataupun nonfiksi, tidak sedikit penulis yang melakukan kesalahan. Tentu hal ini bisa dimaklumi jika dilakukan karena tidak sengaja, mungkin karena tidak tahu atau belum paham. Lantas, bagaimana bagi penulis yang sudah lama terjun di dunia literasi, tetapi masih salah dalam menulis? Tentu sangat disayangkan, bukan?

Menulis bukan sekadar menulis, bukan sekadar menuangkan ide yang ada di kepala ke sebuah wadah, atau bukan menuruti hati nurani dengan menulis suka-suka tanpa memikirkan tulisan itu sendiri, apakah layak dibaca oleh orang lain atau tidak. Menulis membutuhkan riset, membutuhkan pelajaran sehingga apa yang ditulis nanti tidak hanya sekadar ide atau imajinasi, tetapi bermanfaat juga bagi orang banyak.

Terkadang dalam menulis, penulis akan larut dalam cerita atau dunia yang ditulis sehingga tidak tahu bahwa ada kata salah kaprah dalam kalimat yang ditulis. Alih-alih menjadikan kalimat bagus, tentu menjadi beda arti nantinya,

Nah, mari lihat beberapa kata salah kaprah yang sering digunakan oleh penulis, baik pemula maupun yang sudah lama di dunia literasi.

  1. Mantan: kata ini sepertinya tidak perlu dijelaskan lebih dalam lagi karena banyak yang sudah paham dan tahu, bukan? Kata mantan memiliki arti bekas, tetapi digunakan untuk seseorang yang menjabat. Contoh, mantan direktur, mantan presiden. Selama ini, banyak yang salah kaprah dan membiarkan kata mantan digunakan dalam keseharian, seperti mantan pacar. Hal ini tidak benar. Jadi, yang benar itu adalah bekas pacar (seperti lagu Mikha Tambayong).
  • Bergeming: Kata bergeming memiliki arti tidak bergerak sedikit juga atau diam di tempat. Akan tetapi, banyak penulis yang salah dalam penulisannya. Mereka sering menulis, tidak bergeming yang jelas-jelas berarti (tidak) diam di tempat. Contoh kalimat: Aku bergeming saat polisi datang (contoh benar). Aku tidak bergeming saat polisi datang (contoh salah).
  • Seolah dan Seakan: dalam kamus besar, kata seolah ataupun seakan tidak ada artinya. Mereka berdua memiliki arti jika dilakukan pengulangan “Seolah-olah, seakan-akan).
  • Surai: Banyak penulis yang membuat kata surai untuk mewakili rambut. Dulu, kata ini kurang lazim digunakan karena memiliki rambut pada tengkuk binatang, kuda atau singa. Setelah KBBI diperbarui, surai sudah memiliki arti rambut (kepala), tetapi digunakan dalam ragam hormat, bukan kalimat biasa. Jadi, alih-alih menggunakan kata surai, lebih baik gunakan kata biasa yakni rambut.
  • Acuh: Kata acuh berarti peduli. Sayangnya, banyak yang menulis kata acuh ini sebagai kata “tidak peduli”. Hal tersebut dapat dilihat dalam lirik lagu ‘Kauacuhkan aku, kaudiamkan aku, kau ….’. Jadi, kalimat yang benarnya yakni, Dia acuhkan (pedulikan) aku karena rasa cinta.
  • Pias: Nah, nah, kata pias juga sering ditulis salah dalam naskah. Saya sering melihat kata ini saat mengedit naskah. Tentu kata tersebut sering saya hapus karena tidak cocok dengan kalimat yang ditulis oleh penulis. Sebenarnya, kata pias itu bermakna lajur atau jalur.
  • Pecinta: Nah, kata pecinta juga sering salah ditulis oleh penulis. Kata pencinta dan pecinta memiliki dua arti yang berbeda, ya. Kata PECINTA berarti seseorang yang sedang bercinta, sedangkan PENCINTA adalah seseorang yang menyukai sesuatu.

Sebenarnya, banyak lagi kata-kata salah kaprah yang digunakan oleh seseorang, tetapi tidak saya bahas dalam bagian ini.

Selanjutnya, cara menghindari salah kaprah dalam kepenulisan hanya dua, yakni membaca dan juga riset kembali kata atau kalimat yang akan digunakan.

Yui
Penulis dan Pengarang

    Waithood: Menunda Nikah untuk Settle

    Previous article

    Ulama itu Menasihati, bukan meng-endorse

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Edukasi