Umpan klik (clickbait) adalah suatu istilah peyoratif yang merujuk kepada konten web yang ditujukan untuk mendapatkan penghasilan iklan daring, terutama dengan mengorbankan kualitas atau akurasi, dengan bergantung kepada tajuk sensasional atau gambar mini yang menarik mata guna mengundang klik-tayang (click-through) dan mendorong penerusan bahan tersebut melalui jejaring sosial daring.
Tajuk umpan klik umumnya bertujuan untuk mengeksploitasi “kesenjangan keingintahuan” (curiosity gap) dengan hanya memberi informasi yang cukup membuat pembaca penasaran ingin tahu, tetapi tidak cukup untuk memenuhi rasa ingin tahu tersebut tanpa mengklik pada tautan atau pranala yang diberikan.
Indonesia adalah negara berkembang dengan jumlah penduduk yang masuk dalam 5 besar penduduk terbesar didunia. Dengan lebih dari 25O Juta penduduk dan sayangnya sebagian besar tidak sampai pada jenjang SMA sederajat atau ke atasnya yaitu sekitar 56% lebih menurut sensus 2014.
Hal ini tentu menjadi masalah sendiri bagi negara dan bisa jadi ladang uang bagi industri media dengan lebih mengutamakan Clickbait. Hal ini didorong oleh tingkat penggunaan ponsel pintar yang sudah besar di Indonesia yaitu lebih dari 35%. Pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia lumayan tinggi. Untuk pemakai muda (18-34 tahun) kepemilikan smartphone meningkat dari 39 persen menjadi 66 persen dari 2015-2018. Sedangkan untuk pengguna HP berusia di atas 50 tahun, pemakai smartphone juga naik dari 2 persen pada 2015 menjadi 13 persen pada 2018.
Dengan 92 juta pengguna ponsel pintar di Indonesia yang didukung dengan angka buta huruf kurang dari 2% yang di perparah dengan tingkat pendidikan yang masih relatif rendah tentunya sangat menguntungkan bagi penguasa media berbasis website di Indonesia untuk terus menggunakan judul clickbait.
Lebih parah lagi tidak hanya portal media kecil yang menggunakan metode Clickbait namun lembaga penyiaran yang telah di akui oleh dewan pers juga melakukan hal yang sama. Ditambah lagi ketika pers telah di kuasai oleh pengusaha yang merambah kedunia politik yang tidak segan-segan menggunakan media untuk menjatuhkan lawan politiknya.
Masih ingatkah beberapa waktu lalu portal berita yang menggunakan judul clickbait”presiden Jokowi membuka mall di tengah pandemi Covid 19 di Bekasi” meski Pers memiliki hak jawab dan klarifikasi namun hal ini sering dijadikan pembenaran bagi kesalahan mereka. Ketika masyarakat dengan tingkat literasi bermedia yang rendah di hujani dengan judul clickbait yang melibatkan pemimpin tertinggi di negeri ini tentunya bakal heboh dan bombastis. Meski di klarifikasi selama 7 hari beruntun tentunya tidak akan menghilangkan berita negatif tersebut.
Tentunya Indonesia adalah negara demokrasi namun ketika demokrasi tidak di iringi dengan edukasi yang baik dari insan pers Indonesia terkait literasi media yang dituangkan oleh peraturan dewan pers yang lebih ketat kepada insan pers, hal ini akan membuat pers bukan jadi pemberi informasi yang efektif namun menjadi senjata bermata dua yang dapat membunuh kapan saja negeri ini.
Comments