Onriza Putra : Duta Damai Regional Sumbar

Tepat pada 30 Desember tahun 2009, Indonesia kehilangan sosok yang biasa dikenal sangat bersahaja. Sosok itu ialah DR. (HC) KH. Abdurahman Wahid a.k.a Gus Dur. Mantan Presiden Ke – 4 ini menjadi presiden pertama pasca Orde Baru yang tumbang pada tahun 1998.

Tokoh besar NU ini dilahirkan di Jombang pada pada tahun 1940. Lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil yang berarti Sang Penakluk. Belakangan namanya diganti menjadi Abdurrahman Wahid. Lahir dari keluarga muslim terhormat dan besar di kalangan pesantren. Gus Dur adalah cucu dari pendiri Nadhlatul Ulama, KH. Hasyim Asyari.

Pasca jatuhnya rezim Soeharto, Gusdur diangkat oleh MPR menjadi Presiden melalui Pemilu 1999. Saat itu, Gus Dur menamai kabinetnya dengan Kabinet Persatuan Nasional. Pada tahun 2001, kepemimpinannya berakhir dan digantikan oleh Megawati Soekarno Putri, setelah mandatnya di cabut oleh MPR.

Sebagian besar masyarakat mengenang Gus Dur sebagai pemimpin paling toleran di Bumi Indonesia. Untuk memperingati sewindu wafatnya Gus Dur, berikut penulis kutip beberapa cuitannya terkait Toleransi dan Keberagaman :

” Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah bertanya apa agamamu”

“Tuhan Maha Besar, Maha Agung dan Maha Berkuasa tidak perlu dibela. Yang memerlukan pembelaan adalah manusia yang ditindas dan dianiaya”

” Saya tidak peduli mau popularitas saya hancur, difitnah, dicaci maki atau dituduh apapun, tapi bangsa dan negara ini harus dipertahankan dari perpecahan”

“Memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya. Merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan Penciptanya”

“Jika kamu membenci orang karena dia tidak bisa membaca Al-qur’an, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah, tapi Al – Qur’an. Jika kamu memusuhi orang yang berbeda agama dengan kamu, berarti yang kamu pertuhankan bukan Allah, tapi agama. Jika kamu menjauhi orang yang melanggar moral, berarti yang kamu pertuhankan bukan Allah, tapi moral. Pertuhankanlah Allah, bukan yang lainnya. Dan pembuktian bahwa kamu mempertuhankan Allah, kamu harus menerima semua makhluk. Karena begitulah Allah”

“Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya”

“Kemajemukan harus bisa diterima, tanpa adanya perbedaan”

“Dari sudut agama, saya ingin mengingatkan, agar ketidaksenangan kita terhadap seseorang atau suatu kaum jangan sampai menyebakan kita tidak berlaku adil dalam memutuskan sesuatu”

“Islam itu datang bukan untuk mengubah budaya leluhur kita jadi budaya arab. Bukan untuk “aku” menjadi “ana”, sampeyan jadi “antum”, sedulur jadi “akhi”. Kita pertahankan milik kita. Kita serap ajarannya, bukan budaya arabnya”

“Marilah kita bangun bangsa dan kita hindarkan pertikaian yang sering terjadi dalam sejarah. Inilah esensi tugas kesejahteraan kita, yang tidak boleh kita lupakan sama sekali”

“Indonesia bukan negara agama tapi negara beragama ada enam agama yang diakui di Indonesia jadi tolong hargai lima agama yang lain”

“Agama mengajarkan pesan-pesan damai dan ekstrimis memutarbalikkannya”

“Keragaman adalah keniscayaan akan hukum Tuhan atas ciptaannya”

“Agama jangan jauh dari kemanusian”

Itulah beberapa pesan Gus Dur yang tersebar melalui buku dan internet. Sebagai generasi penerus bangsa, marilah kita tetap memperjuangkan nilai-nilai toleransi dan keberagaman masyarakat Indonesia. Pesan – pesan Gus Dur diatas patut untuk kita maknai dan aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

*Dari berbagai sumber

Onriza Putra

Membangun Resilience Generasi Muda Bangsa Sejak Usia Dini: Kepala BNPT Suhardi Alius

Previous article

Melawan Arus Konservatisme dan Ekstrimisme Beragama Ala Kalis Mardiasih

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Edukasi