Di era yang banjir informasi hari ini kita dituntut untuk memiliki sikap kritis dalam menelaah setiap informasi yang kita peroleh dari berbagai sumber. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah tatanan kehidupan sosial masyarakat menjadi lebih berkembang dan penuh dengan berbagai tuntutan zaman. Di samping itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga membawa pengaruh yang besar terhadap terhadap dinamika perubahan serangan terorisme yang salah satunya sebagai panggung propaganda.
Indonesia sebagai sebuah negara yang sedang berkembang dengan pengguna media sosial atau internet terbesar tentu ini menjadi peluang bagi kelompok-kelompok teroris dalam melakukan propaganda sebagai sarana rekrutmen. Maka mengingat akan hal tersebut maka sangat dibutuhkan peran dari berbagai pihak untuk mengantisipasi hal-hal yang tak kita harapkan bersama, baik peran pemerintah, serta peran masyarakat itu sendiri sebagai pertahanan kita. Media literasi menjadi salah satu solusi pertahanan kita untuk mencegah masyarakat dari terpaan dan propaganda radikalisme dan terorisme di media sosial.
Perkembangan dunia internet tak hanya dimanfaatkan dalam hal-hal yang positif, tetapi juga bisa disalahkan oleh pihak-pihak tertentu dalam hal-hal yang negatif, salah satunya adalah oleh para kelompok teroris. Berbagai kegiatan dilakukan oleh teroris di media sosial seperti, propaganda, perekrutan, pelatihan, penyediaan logistik, pembentukan para militer secara melawan hukum, perencanaan, pelaksanaan serangan teroris, persembunyian hingga pendanaan.
Berbagai kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh teroris untuk mempertahankan dan membangun organisasi ataupun jaringan teroris, mempromosikan ideology mereka, ataupun untuk menyebarkan ketakutan dan kecemasan kepada masyarakat dengan berbagai cara dan melalui tindakan kekerasan.
Begitupun dengan perkembangan internet dan media sosial hari ini, para teroris juga beralih ke media internet dan memanfaatkan teknologi untuk melancarkan aksi-aksinya tersebut.
Mereka tak hanya menyerang target yang Nampak secara fisik tetapi juga juga kepada psikologi dan serta sudut pandang seseorang. Seperti ISIS yang juga gencar melakukan aksinya di media internet dengan menggunakan vitur-vitur yang tersedia. Begitu besar peran media dan internet bagi kesuksesan para teroris dalam melakukan aksinya tersebut, sehingga kita sebagai pengguna media yang intens diharapkan lebih mampu memanfaatkan media sosial dengan lebih hati-hati dan hal-hal yang positif. Jangan sampai kita menjadi korban atau bahkan tumbal dari aksi-aksi para teroris ini.
Sebagaimana data yang bersumber dari BNPT yang menyatakan bahwa ada beberapa kasus yang menunjukkan kepada kita pengaruh dari media internet terhadap pembentukan pemikiran radikal seseorang hingga berujung kepada aksi terosisme. Salah satu kasus ialah seperti yang dilakukan oleh Agus Anton Figian alias Toriq yang berencana melakukan aksi pemboman di wilayah Freeport dan Kedubes AS Surabaya. Ia mengaku bahwa keinginannya itu terinspirasi menjadi radikal dengan banyaknya membaca berita dan kajian-kajian dari media-media yang telah dibentuk oleh kelompok-kelompok teroris tersebut.
Media internet menjadi ladang subur bagi aksi-aksi teror untuk melakukan pengkaderan dan sasaran utamanya tentu adalah generasi muda yang aktif di media sosial. Kondisi anak muda yang tengah mencari jati diri inipun sangat rentan akan tindakan kekerasan dan ekstremisme yang berujung kepada terorisme. Internet mampu memberikan peluang kepada teroris untuk menjadikan seseorang terpapar ideologi radikal tanpa harus memerlukan kontak fisik secara langsung. Sehingga sebelum hal demikian semakin marak menjerat anak-anak muda, maka perlu kita berupaya sedari dini untuk mengingakan dan berupaya menanggulangi propaganda radikalisme serta terorisme yang menjamur di media sosial.
Mengingat maraknya aksi-aksi ekstremisme dan kekerasan yang mengarah kepada tindakan terorisme di media sosial maka media literasi menjadi sangat urgen untuk dipelajari oleh semua kalangan, agar kita bisa sama-sama memahami bagaimana bantuk-bentuk propaganda kekerasan dan ekstremisme yang berujung terrorisme itu, serta bagaimana cara kita menanggulanginya dengan bijak agar tak menjadi korban-korban selanjutnya.
Menurut Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute menyatakan bahwa ada tiga hal utama manfaat literasi media dalam menangkal radikalisme, yaitu; pertama, dengan pengetahuan, kedua skill dan kemampuan, dan ketiga adalah sikap dalam menyikapi sebuah berita yang telah diterima oleh masyarakat. Yang terpenting adalah kita harus memperkaya diri dengan literasi agar mampu menjadi pribadi yang kritis dan bijak dalam memanfaatkan media massa dan internet.
Comments