Belajar Dari Penyebaran Agama atau Ajaran
Setiap agama atau ajaran di muka bumi ini memiliki niat luhur yang perlu di apresiasi dengan tinggi. Agama hadir di muka bumi ini sebagai jalan bagi manusia untuk lebih mengenal siapa sang pencipta alam semesta ini termasuk diri manusia itu sendiri. Agama Hadir sebagai pengingat manusia bahwa manusia harus selalu pada jalan yang telah ditentukan oleh tuhan yang maha esa. Tentunya jalan yang telah diciptakan tuhan bukan hanya satu namun banyak namun masing-masing jalan memiliki rintangannya seniri untuk dijalankan.
Ada banyak agama dan ajaran di muka bumi ini, di indonesia sendiri di akui hanya 6 agama saja yaitu islam, protestan,katolik, hindu, budha dan konghucu. Dan indonesia juga memiliki agama yang sifatnya asli berasal dari peradabatan nusantara. Berapa dari mereka masih hidup sebagai kepercayaan adat yang murni atau telah sinkretis, yaitu agama:
- Adat Musi (suku Talaud);
- Adat Papua (suku Asmat, dll);
- Aluk Todolo (suku Toraja);
- Arat Sabulungan (suku Mentawai, teristimewa subsuku Sakuddei);
- Jingi Tiu (suku Sabu);
- Kaharingan (suku Dayak);
- Kejawen (suku Jawa);
- Marapu (suku Sumba);
- Masade (suku Sangir);
- Naurus (suku Manusela);
- Parmalim (suku Batak);
- Pelebegu (suku Nias);
- Pemena (suku Batak Karo);
- Sunda Wiwitan (suku Sunda, teristimewa urang Kanekes);
- Tolotang (suku Bugis);
- Tonaas Walian (suku Minahasa);
- Wetu Telu (suku Sasak);
- Wor (suku Biak)
Semua agama memiliki benang merah yang jelas yaitu mengajarkan kebaikan, kasih sayang dan hidup saling toleransi. Namun ketika suatu ada memiliki jumlah penganut yang besar dan menghuni wilayah tertentu dan menjadi mayoritas di wilayah tersebut maka lambat laun akan muncullah sifat “asli” manusia yang sangat dilarang oleh setiap agama di dunia ini. Sifat asli manusia itu adalah sombong dan tamak.
Bergerak menyebar Toleransi Dan Perdamaian
kian hari, semakin bertambahnya pengetahuan manusia serta terknologi yang semakin maju membuat pola pikir pun menjadi berkembang. Penyebaran toleransi pun menjadi bergeser, jika dahulu di berbagai daerah bullying itu masih hal yang biasa namun saat ini bullying di anggap sebagai ancaman tersendiri di tengah masyarakat. Tidak terkecuali di indonesia sendiri yang memiliki berbagai suku dan budaya.
Ternyata Perdamaian dan toleransi sangat erat hubungannnya, banyak negara yang mempunyai kultur budaya yang hampir sama dan nyaris sama akan lebih duluan menjadi negara dengan tingkat kemajuan yang sangat cepat. Namun bukan berarti negara dengan kemajemukan yang tinggi tidak mampu untuk bersaing dengan negara dengan keanekaragaman yang kecil. Hal itu dikembalikan lagi pada watak setiap penduduknya untuk menyingkapi perbedaan tersebut.
Tidak ada satupun negara yang dapat maju ketika pemerintahannya bagus namun negara akan maju ketika pemerintah dan masyarakatnya sama-sama bagus. makanya penenaman rasa cinta tanah air dengan mengedepankan perdamaian yang mempunyai inti penting yaitu toleransi menjadi keharusan dalam membangun sebuah negara yang maju.
Tantangan Terbesar Dalam Menyuarakan Toleransi
Toleransi harus diakui sebagai inti dalam perwujudan perdamaian dalam sebuah negara. ketika setiap warga negara telah paham dengan baik toleransi maka dapat dipastikan persatuan dan kesatuan yang hakiki selangkah lagi dapat diapai oleh negara tersebut. Artinya persatuan tidak akan pernah tercapai selagi masih banyak pihak yang membawa kepentingannya dan kelompoknya selalu di depan kepentingan nasional.
Ketika toleransi telah terwujud maka akan dilaluilah fase baru dalam toleransi yaitu toleransi yang dijadikan sebagai alat dalam membenarkan kesalahan. Ada beberapa agama dan kebudayaan yang telah melalui hal ini dan pada akhirnya membawa pengaruh buruk pada agama serta kebudaayaan tersebut.
Sampai saat ini belum muncul fase dimana toleransi dijadikan alat di negeri ini karena masih ada hal yang lebih kuat yang terpatri di benak masyarakat indonesia yaitu agama dan kebudayaan. ketika para penggiat toleransi di negeri ini tidak bisa memilah kasus toleransi dan kasus lain diluar toleransi seperti kesalahan informasi yang mengarah pada isu toleransi maka pada ujung-ujungnya toleransi tidak menemukan bentuknya yang hakiki.
Comments