Hari Pahlawan yang mana ditetapkan pemerintah pada tanggal 10 November, setiap tahunnya diperingati sebagai rasa cinta dan menghargai jasa-jasa para pahlawan kita yang telah gugur.
Setelah kemerdekaan ini tugas kitalah sebagai kaum milenial yang mempertahankan kemerdekaan yang sudah diperjuangkan oleh para pahlawan kita yang terdahulu, dengan cara mengharumkan nama bangsa dikancah internasional.
Akan tetapi bagi generasi milenial sekarang kebanyakan beranggapan pahlawan masa kini adalah mereka yang kreatif dan inovatif di bidang teknologi informasi, seperti start up. Tidak hanya itu, para influencer, seperti youtuber, selebgram, dan bloger, juga dipandang sebagai pahlawan selain entrepreneur yang menciptakan lapangan kerja.
Pahlawan masa kini adalah orang yang mengharumkan nama bangsa di bidang seni dan budaya, dan relawan untuk menyampaikan pesan perdamaian. Generasi milenial sekarang hidup dalam lingkup sosial dan budaya serba digital, yang mana bisa memberi rasa kedekatan satu sama lain walaupun dengan jarak yang jauh, dan dengan mudah menjadikan sumber informasi dalam memandang dunia.
Dunia yang berubah dan tantangan yang dihadapi generasi milenial sekarang telah membentuk persepsi milenial tentang kepahlawanan.
Figur pahlawan masa lalu, belum tentu cocok untuk tantangan generasi milenial saat ini, karena diangap kurang relevan dengan zamannya.
Sebagai milenial pada era 4.0 ini pahlawan harus relevan dengan tantangan zaman.
Dalam The Deloitte Global Millennial Survey 2019, yang dilakukan atas generasi milienal di 42 negara, termasuk Indonesia, didapatkan data bahwa generasi milenial melihat tantanga zaman yang harus dihadapi sekarang. Dari mulai masalah iklim (29%), kesenjangan penghasilan dan kesenjangan kekayaan (22%), pengangguran (21%), keamanan personal (20%), korupsi bisnis dan politik (20%), terorisme (19%), ketidakstabilan politik, serta perang dan konflik (18%). Generasi milenial akan menjadi fondasi sumber daya manusia Indonesia masa depan.
Kini pahlawan baru ini menjadi tumpuan karena memiliki landasan berpikir berbeda dalam mempertahankan kemerdekaan dengan cara-cara non-tradisional. Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa sikap yang fanatik dan ambisius “stereotype” mungkin kritis terhadap orang yang tidak memiliki etika dan nilai yang sama. Generasi yang lalu seringkali dinilai independen bahkan mungkin tidak menghargai orientasi tim dan keinginan untuk umpan balik yang tampaknya konstan.
Kepahlawanan saat ini tentunya berbeda dengan zaman dahulu. Generasi sekarang tidak lagi berhadapan dengan musuh yang sama dengan seabad atau 75 tahun lalu. Musuh generasi sekarang adalah persoalan keadilan dan kesejahteraan yang belum bisa dinikmati secara merata oleh masyarakat Indonesia, baik dari segi pembangunan, Pendidikan, dan hak-hak setiap masyarakat. Cinta Tanah Air, rela berkorban, dan berani merupakan nilai-nilai kepahlawanan yang harusnya dimiliki masyarakat.
Untuk mengaplikasikan nilai-nilai kepahlawanan tersebut harus dimulai dari lingkup terkecil dalam keluarga. Nilai-nilai itulah yang diperlukan untuk menjaga keutuhan bangsa di tengah maraknya isu suku, agama, ras, dan antar-golongan dan radikalisme. Nilai kepahlawanan itu berupa kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Nilai-nilai itu relevan pada masa kini untuk menjaga persatuan, khususnya bagi generasi muda.
Cinta Tanah Air menjadi salah satu nilai umum yang paling ingin dicapai. Selain itu, cinta Tanah Air, sikap rela berkorban dan keberanian merupakan nilai-nilai kepahlawanan yang juga harus dimiliki. Identitas perilaku itulah yang kemudian menempatkan generasi milenial ini menjadi berbeda dibanding generasi-generasi terdahulu.
Pesan untuk kaum milenial sekarang setiap orang berbeda-beda caranya untuk menjadi pahlawan baik itu bagi dirinya, keluarga, agama, dan bangsa. Intinya jadilah diri sendiri untuk melakukan yang kamu anggap benar dan jadi pahlawan bagi dirimu sendiri dan orang lain.
Comments