Membahas sub terkecil dari bagian masyarakat tidak terlepas dari keluarga. Dalam sebuah keluarga, tentu tidak selalu harmonis, pasti ada hal yang tidak disukai, baik di sisi buruk maupun baik. Ada anggota keluarga yang saling iri atau saling menyakiti, ada juga anggota keluarga yang saling mengasihi dan mencintai sehingga mau berbuat apa pun untuk orang yang mereka sayangi.

Nah, membahas mengenai unit terkecil dari masyarakat, yakni keluarga. Tentu kita perlu tahu arti dari keluarga tersebut, bukan? Dalam kamus besar bahasa Indonesia, keluarga adalah ibu,bapak, beserta anak-anaknya atau seisi rumah.

Lantas, hal yang ingin dibahas dalam tulisan ini, toxic family. Apakah kalian tahu mengenai toxic family?

Toxic Family adalah para anggota keluarga yang berperilaku saling menyakiti anggota keluarga lain baik secara verba ataupun nonverba. Cara mereka menanggapi suatu permasalahan bukanlah untuk menemukan solusi atau titik terang, tetapi malah semakin membuat rumit. Para pelaku lebih sering mementingkan ego masing-masing hingga menyakiti anggota yang lain.

Terjadinya berbagai macam konflik dalam rumah tangga merupakan hal lumrah, baik dari kecil hingga besar sekalipun. Bahkan, antara manusia dengan dirinya sendiri pun sering terjadi konflik, baik dalam perkata hati dan pikiran. Tentu sebesar apa pun konflik tersebut harus diselesaikan secara baik-baik selagi komunikasi dua arah terjaga dan tidak mementingkan pendapat masing-masing.

Ada banyak faktor penyebab hadirnya perilaku toxic dalam keluarga, yakni terjadi permasalahan besar dalam keluarga yang tidak ditanggapi secara nyata alias dibiarkan saja, anak memiliki gangguan fisik atau sakit yang menyebabkan dua pihak saling menyalahkan, pengaruh lingkungan, budaya, dan juga ras, dan keadaan sosial-ekonomi keluarga itu sendiri.

Selain faktor penyebab, tentu ada ciri-ciri sikap toxic family; yakni seseorang yang mengalaminya tidak nyaman berada di rumah atau anggota keluarga yang tidak disukainya; keluarga lebih sering menuntut daripada mendukung; menyakiti baik secara lisan maupun verbal, jarang memberikan pujian kepada anggota keluarga yang berprestasi; dan kebutuhan tidak terpenuhi, baik hati dan fisik.

Nah bagaimana pendapat kalian semua? Apakah kalian pernah berada di posisi tersebut? Lalu, apa tindakan yang kalian ambil? Jika belum ada atau tidak tahu, berikur cara menghadapi anggota keluarga yang toxic.

  1. Hindari para pemicu masalah atau yang sering mencari masalah dengan kalian
  2. Jangan takut membantah jika kalian tidak menyukai mereka
  3. Tidak semua hal perlu dikatakan, tetapi semua hal harus diselesaikan
  4. Mencoba untuk beradaptasi walaupun sedikit sulit
  5. Konsultasi kepada ahlinya, seperti dokter, teman sejawat yang mampu memberi solusi
  6. Cobalah keluar dari zona nyaman. Menghindar tentu bukan karena takut, hanya saja untuk menenangkan diri dari mereka yang kalian anggap rumah.

Catatan mengenai pemaparan di atas, sebenarnya kebanyakan dari pelaku tidak menyadari sikap toxic mereka. Mungkin saja mereka adalah seseorang yang bingung menghadapi masalah, tetapi tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut, lalu mencari perkara dengan yang lain.

Sejatinya keluarga itu saling menyayangi, bukan menyakiti. Akan tetapi, cara-cara mereka menyampaikan rasa sayang terkadang ada yang lewat batas sehinga melanggar norma-norma yang ada.

Yui
Penulis dan Pengarang

    Psikologi; Pentingnya Mencintai Diri Sendiri

    Previous article

    Mengenal Dopamine Detox

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Edukasi