Indonesia merupakan negara yang plural yang penuh dengan keragaman, yang terdiri dari seribu pulau dengan budaya dan etnis masyarakat yang beragam sesuai dengan budaya di masing-masing tempat, yang memiliki nilai-nilai budaya lokal. Keragaman dan kekayaan tersebut mencerminkan karakter bangsa yang tangguh. Bahkan nenek moyang Indonesia jauh-jauh telah mengikat kita dengan semboyan dan simbol “Bhineka Tunggal Ika” yang menjadi karakter bangsa ini, yang dalam artian walaupun masyarakat Indonesia berbeda pulau, agama, ras, suku, bahasa atau pun warna kulit, namun tetap satu jua yaitu Indonesia dan warga Negara yang diatur oleh hukum dan Undang-undang secara adil tanpa perbedaan satu sama lainnya.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang kian pesat, memang tak mampu kita bendung apalagi dicegah. Karena memang berbagai pengaruh dari luar atau pun dari masyarakat pemeluk budaya lokal itu sendiri baik secara langsung atau pun tidak langsung dengan ketidak pahaman atau ketidaktahuan mereka yang enggan menerapkan budayanya sendiri memberikan pengaruh langsung terhadap karakter bangsa yang memang terdiri dari suku bangsa yang beragam tersebut. Sehingga untuk mempertahankan karakter bangsa yang beragam ini dari arus dan terpaan globalisasi yang Inhuman maka pribadi atau bangsa harus mempunyai identitas sendiri. Identitas suatu bangsa bisa dicapai melalui proses dan pendidikan, sehingga pendidikan dalam era globalisasi ini menekankan pada tumbuhnya pribadi pada norma-norma etnis nya yang berkembang sesuai dengan perubahan zaman dan pribadi yang mempunyai identitas sebagai kelompok suatu bangsa dengan budaya lokal nya.
Perkembangan IPTEK dan pengaruh globalisasi hari ini telah membuat masyarakat kita seolah-olah malu untuk menjalankan budaya lokal yang berada di masing-masing daerahnya. Seolah perkembangan dan arus globalisasi hari ini menjadi suatu tren baru yang harus diterapkan dalam kehidupan masyarakat dan meninggalkan tradisi-tradisi budaya lokal yang telah ada sejak bertahun-tahun lalu. Sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan untuk kita hari ini melihat kondisi yang demikian. Adanya anggapan-anggapan yang muncul di masyarakat kita yang seolah menganggap bahwa tradisi lokal tersebut adalah kuno yang tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman hari ini, sehingga persepsi-persepsi yang demikian mulai menjauhi kalau tidak bisa dikatakan membunuh kedudukan budaya lokal di suatu masyarakat yang dianggap menghambat perkembangan pola pikir masyarakat dan sebagainya.
Kalau kita melihat fenomena-fenomena yang lagi tren hari ini dikalangan anak muda adalah demam Korea atau pun film-film dari berbagai Negara lainnya seperti Iron Man, film korea, music korea dan sebagainya. Banyak sekali anak-anak muda hari ini begitu terpukau dengan berbagai macam karya seni yang berasal dari berbagai Negara tersebut tanpa mereka tahu apa arti dari bahasa-bahasa tersebut, namun, dengan seni yang ditampilkan oleh para seniman luar negeri itu mampu membuat anak-anak muda hari begitu mengidolakan music korea, bahasa korea dan sebagainya. Nah, fenomena demikian menunjukkan bahwa anak-anak muda hari ini menikmati itu semua tanpa lagi memperdebatkan perbedaan-perbedaan bahasanya, asalnya dari mana dan sebagainya.
Indonesia juga harusnya mampu melakukan hal-hal demikian dengan mengedepankan budaya-budaya lokal untuk diangkat ke publik dengan desain yang sesuai juga oleh perkembangan zaman. Seperti hari ini sudah mulai bermunculan lagu-lagu dengan bahasa daerah yang dibawakan oleh para seniman kita di tanah air, seperti lagu-lagu Jawa dan sebagainya. Ini merupakan sebuah langkah yang sangat efektif juga untuk memperkenalkan bahasa dan budaya-budaya lokal yang ada di Indonesia kepada kanca Internasional sehingga mampu dinikmati oleh masyarakat dari berbagai Negara asing tanpa lagi mempermasalahkan perbedaan yang ada, melainkan menikmati seni tersebut, nah inilah yang disebut sebagai diplomasi budaya.
Diplomasi budaya merupakan pertukaran ide informasi, nilai tradisi, kepercayaan, dan aspek budaya-budaya lainnya, yang bertujuan untuk meningkatkan rasa saling mengerti satu sama lain. Diplomasi budaya itu mencakup seni, olahraga, sastra music, atau pun sains. Nah, diplomasi-diplomasi budaya yang seperti ini juga dipercaya mampu menjadi alat dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian dunia. Begitu juga dengan tradisi-tradisi lokal yang ada di Minangkabau seperti tari-tarian, atau pun randai. Karena tradisi randai ini merupakan tradisi Minangkabau yang juga banyak dipelopori oleh para anak-anak muda yang mengombinasikan berbagai bentuk kesenian, mulai dari tari, seruling, adat istiadat, silek dan sebagainya, juga mengandung estetika dan etika yang sarat dengan moral masyarakat.
Sehingga cara-cara demikian ini sudah banyak di pakai oleh Negara-negara lainnya yang menebarkan benih-benih tradisi dan budaya masing-masing daerah sehingga tidak lagi menggunakan cara-cara kuno yang mengundang sikap rasialisme dalam menunjukkan eksistensinya. Sehingga cara-cara seperti ini lebih Soft Power dalam menunjukkan pengaruhnya kepada dunia. Sehingga cara-cara yang seperti tadi tidak lagi menimbulkan narasi-narasi kekerasan atau pun rasis terhadap suatu daerah tersebut.
Walaupun pada kasus terorisme Amerika misalkan, di mana orang-orang Amerika melarang orang-orang Muslim untuk masuk ke negaranya. Namun, tetap saja kita menonton film-film produksi orang Amerika. Kan? Artinya bagaimana kita juga mampu membuat budaya lokal yang ada di negeri kita juga mampu dinikmati oleh orang-orang luar negeri sana tanpa lagi memperdebatkan asalnya dari mana dan sebagainya. Seperti lagu Jawa atau lagu Padang yang juga dinikmati oleh masyarakat asing, karena kita tidak lagi merasa takut dan tidak percaya diri untuk memperkenalkan budaya kita ke Negara lain sehingga menumbuhkan sikap saling mengerti dan memahami satu daerah dengan daerah lain, atau satu negara dengan negara lainnya Beberapa waktu lalu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk divisi diplomasi budaya, sehingga dengan adanya devisi ini diharapkan nantinya mampu mengangkat nama Indonesia dikanca Internasional dan bisa membawa masyarakat Indonesia untuk lebih percaya diri mengembangkan tradisi yang kita miliki sendiri, sehingga diharapkan mampu menjadikan diplomasi budaya ini sebagai alat pencipta perdamaian dengan cara-cara yang soft dan mampu diterima oleh semua kalangan.
Oleh : Nuraini
Comments