Gagal memahami perintah Tuhan, gagal memahami maksud Tuhan, gagal memahami apa yang diinginkan Tuhan. Bahwa Tuhan memerintahkan dan menginginkan manusia untuk hidup rukun berdampingan walaupun berbeda suku dan agama, tegakkanlah toleransi beragama, saling tolong menolong, saling menghargai dan menghormati didalam perbedaan dan keberagaman. Tetapi yg terjadi malah sebaliknya, sebagian gagal total dalam beragama, yang ditampilkan bukan wajah ramah toleran terapi wajah marah intoleran, wajah-wajah intoleran bangga berphoto bersama dan memberi peryataan kompak bahwa” Tidak boleh berdiri tempat ibadah agama lain didaerah kami ini. “
Bukannya sikap kasih dalam beragama tetapi yang dipertontonkan sikap bar-bar, sikap kebiadaban dalam beragama.

Wajah-wajah bengis intoleran mulutnya berbusa berteriak : Agama kami agama toleran, agama damai, agama kasih sayang. Tetapi semua itu hanya ucapan belaka dan tidak pernah dibuktikan dengan perbuatan.
Benci dengan agama lain, melarang berdirinya tempat ibadah agama lain, benci keberagaman dan perbedaan.

Yang penting dari esensi beragama adalah perbuatan.
Jika kamu menghina agama lain maka sama saja kamu menghina agamamu sendiri.
Jika kamu intoleran, jahat kepada agama lain maka agamamu akan dinilai jahat.
Jika kamu toleran, menghargai dan menghormati agama lain, maka agamamu akan sangat dihormati dan dimuliakan.

Tuhan tidak pernah memerintahkan berlomba-lomba didalam kebencian dan permusuhan tetapi Tuhan memerintahkan berlomba-lomba didalam kebaikan. Maka dari itu jika beragama hendaknya tidak melupakan kemanusiaan.

Ajaran agama peduli pada kemanusiaan,
Jangan pernah pilih kasih dalam berbuat baik, dalam memberi bantuan, berbagi kebahagiaan tanpa bertanya suku dan agama, tetapi semuanya atas nama kemanusiaan, maka seperti inilah yang benar dalam beragama.

Beragama dan jangan lupakan kemanusiaan,
Tidak melarang tetapi malah turut serta membantu pendirian rumah ibadah agama lain, beda agama-beda suku tetapi tidak ada masalah, hidup rukun berdampingan, semuanya atas nama kemanusiaan dan itulah puncak tertinggi dari agama.

Kembalikan agama kepada kemanusiaan,
Agama jangan dipolitisasi, jika agama dipolitisasi maka akan mengotori kesucian agama.

Kembalikan agama kepada kemanusiaan,
Apakah yang beragama sudah pasti moralnya, kemanusiaannya bagus?
Apakah yang tidak beragama seperti agnostik dan bahkan atheis, moralnya, kemanusiaannya sudah pasti tidak bagus?
Dan menjadi sangat malulah teryata mereka yg agnostik dan atheis teryata kemanusiaannya sangat bagus, sangat peduli dengan kemanusiaan.

Akhir kata jika ingin agama tidak ditinggalkan, maka beragamalah dan berkemanusiaan yang adil dan beradab.

Suyadi

Bukittinggi Gelar Road Race Akhir Pekan Ini

Previous article

BNPT: Prof. Azyumardi Azra Berjasa untuk BNPT dalam deradikalisasi

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini