Indonesia terdiri dari 34 provinsi yang terhubung dari sabang sampai Merauke. Dengan lebih dari 270 juta jiwa didalamnya dengan ribuan pulau yang tersebar antara dua samudra. Tentunya memiliki organisasi atau komunitas tertentu yang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk sekedar menyalurkan hobi sampai untuk berbuat bagi bangsa dan negara.
Tentunya sebagai pemerintah yang menjadi pelayan masyarakat munculnya komunitas atau organisasi kemasyarakatan menjadi modal tersendiri dalam menyatukan rakyat indonesia. Tidak heran banyak pemerintah daerah sampai pusat yang sering menggandeng organisasi kemasyarakatan hingga komunitas untuk mensukseskan program mereka.
Bagi komunitas atau organisasi kemasyarakatan simbiosis dengan pemerintah adalah hal yang sangat diharapkan agar visi misi komunitas yang mereka bentuk secara swadaya atau semi swadaya dapat berguna untuk kepentingan orang banyak.
Dalam organisasi kemasyarakatan atau komunitas ada istilah yang disebut dengan musyawarah tinggi atau Rakornas atau musyawarah besar hingga disebut juga muktamar bagi organisasi keislaman. Lalu apa arti penting musyawarah tinggi ini bagi komunitas atau organisasi kemasyarakatan?
Musyawarah tinggi sering di artikan sebagai ajang untuk memilih orang yang akan membawa tongkat estafet suatu organisasi. Musyawarah tinggi lebih identik untuk memilih ketua umum dan merevisi Anggaran dasar (Ad/ART) hingga Sistem operasional prosedur suatu organisasi.
Musyawarah tinggi ini menjadi hal yang wajib dilakukan oleh organisasi demi untuk menjaga arah organisasi sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam musyawarah tinggi ini setiap individu dalam organisasi yang memiliki hak memilih punya hak untuk memilih atau dipilih menjadi calon pemimpin suatu organisasi.
Organisasi atau komunitas menjadi suatu pembelajaran bagi anggota dalam berpolitik praktis sambil berbuat demi kepentingan organisasinya. Dalam musyawarah tinggi ini dapat dilihat bagaimana watak sesungguhnya para anggota dalam organisasi dalam mencapai tujuan nya.
Ada anggota yang bermartabat dalam mencalonkan kandidat ketua umumnya hingga ada yang menggunakan politik busuk dengan menyerang pribadi calon lain.
Seharusnya dalam pemilihan ketua umum atau pemimpin dalam suatu organisasi akan sama halnya juga dengan pemilihan pemimpin daerah atau negara. Dimana yang di dahulu kan adalah menyoroti visi misi si calon ketua umum untuk organisasi kedepannya. Namun ketika anggota dalam organisasi tersebut lebih mementingkan untuk menelanjangi serta menguliti individu di hal-hal yang sifatnya pribadi dapat dipastikan organisasi tersebut bukan organisasi yang sehat.
Sehebat apapun anggota dalam organisasi secara pribadi namun ketika orang-orang hebat itu hanya mementingkan ego bukan kepentingan masa depan organisasi maka dapat disebut organisasi itu tidak sehat lagi dalam membina hubungan dengan anggotanya yang ada didalamnya.
Comments