Pendidikan adalah hal penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan menjadi salah satu fondasi penting dalam mendirikan suatu bangsa, dalam catatan sejarah ketika Jepang terpuruk dengan hancurnya kota Nagasaki dan Hiroshima oleh bom Amerika. Jepang saat itu lumpuh total, korban meninggal mencapai jutaan, belum lagi efek radiasi bom tersebut yang dalam perkiraan membutuhkan 50 tahun untuk menghilangkan itu semua. Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jendral masih hidup yang tersisa menanyakan kepada mereka “Berapa jumlah guru yang tersisa?“. Para jendral pun bingung mendengar pertanyaan Kaisar Hirohito dan menegaskan kepada Kaisar bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi Kaisar walau tanpa guru. Namun, Kaisar Hirohito kembali berkata, “Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang. Tapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar bagaimana kita akan mengejar mereka? Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan.”
Pelajaran berharga dari kejadian tersebut adalah betapa pentingnya peran guru sebagai tenaga pendidik, Jika Kaisar Hirohito pada saat itu mencari guru agar para pelajar bisa menciptakan senjata pemusnah dengan kekuatan yang besar seperti Bom Atom, pada masa kini bukan zamannya lagi, berkat para guru Jepang kini sudah memiliki senjata ampuh yang juga di takuti dunia. Selain keunggulan senjata pemusnah, berkat jasa guru juga tercipta teknologi yang luar biasa sehingga menguasai pasar ekonomi dunia.
Tragedi bocornya reaktor nuklir di Fukushima, Jepang, akibat gempa yang terjadi pada Senin 5 Desember 2011. Akibat kebocoran tersebut, air radioaktif dari pabrik kemungkinan mengalir ke laut. Hal itu juga memicu kekhawatiran krisis nuklir, namun demikian Rakyat Jepang tetap tenang dan tidak hidup dalam ketakutan, mereka tetap menjalani kehidupan normal tanpa harus melakukan penjarahan terhadap toko ataupun mini market, hal tersebut kembali lagi tidak terlepas dari peranan guru dalam menciptakan karakter suatu bangsa.
Pendidikan yang ada di Indonesia juga diharapkan agar dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia, dan beban berat tersebut diletakkan pada Guru Pendidikan Agama dan Budipekerti. Perlu dipahami bersama, bahwa peserta didik belajar di sekolah dengan Guru Pendidikan Agama dan Budipekerti hanya selama 90-180 menit tiap minggunya, selebinya waktu digunakan untuk mata pelajaran yang lain dan juga di rumah. Saat Masa Pandemi Covid-19, pendidikan bahkan dilakukan dengan metode belajar jarak jauh (daring) atau di rumah saja. Hal ini memungkinkan kurangnya pengawasan guru terhadap peserta didik. Maka, tugas membina peserta didik menjadi dominan pada orang tua peserta didik itu sendiri.
Pendidikan Agama hendaknya bukan hanya dongeng jenaka yang penuh dengan cerita kepahlawanan, kebaikan, kemanusian, cinta kasih, perdamaian dan kasih sayang. Setiap agama pasti mengajarkan semua hal-hal yang baik, tetapi sebagai seorang Guru Agama hendaknya memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari, bertindak penuh kasih, perhatian, pengertian, bahkan toleransi. Apa bedanya semua kebaikan yang ada di dalam kitab suci jika tidak diaplikasikan dalam kehidupan nyata, tidak lain dan tidak bukan hanya akan seperti dongeng jenaka yang menggiring manusia untuk tidur lelap dan bermimpi indah.
Guru hendaknya menjadi seseorang yang digugu (dipercaya ucapannya) dan ditiru (diikuti tindakannya), guru juga hendaknya mencerminkan diri sebagai seorang yang terpelajar, bukan orang yang mudah terpropokasi dan termakan berita bohong (HOAX). Sangat disayangkan jika kebencian, kekerasan, dan dendam justru diajarkan oleh seorang guru terlebih Guru Pendidikan Agama dan Budipekerti. Seperti halnya tanpa sengaja ketika penulis sedang duduk di warung kopi mendengar percakapan orang yang mengenakan pakaian PGRI dan berkata “Katanya Vaksin Covid-19 adalah cara untuk membunuh mereka yang tidak sejalan dengan pemerintah pusat” hal sederhana yang dapat kita simpulkan adalah bagaiman bisa pemerintah mengetahui mana rakyat jelata yang mendukung dia atau tidak, berapa banyak yang akan mati jika vaksin iersebut adalah senjata pembunuh, maka dapat di tegaskan bahwa berita tersebut adalah kabar bohong.
Comments