Selain Hari Raya Trisuci Waisak, umat Buddha juga mengenal dari berkorban yang lebih identik dengan sebutan Hari Raya Khatina, Hari raya yang satu ini di Indonesia menang tidak sepopuler di Negara Thailand, mengingat dari sekian agama besar di Indonesia, Agama Buddha merupakan agama dengan jumlah yang relatif sedikit pemeluknya jika dibandingkan dengan Agama Kristen, Katolik, terlebih lagi Islam, ditambah lagi dalam kalender masehi tidak ada tanggal merah pada saat tiba waktunya peringatan Hari Raya Khatina.
Hari Raya Khatina biasanya jatuh pada saat Chadrasankala di bulan Oktober – November, sebagai bentuk bakti umat Buddha kepada Sangha (Perkumpulan para bhikhu/bhikuni) yang telah melaksanakan masa vassa (masa melatih diri di lingkungan Vihara dengan banyak melakukan meditasi, mengulang kembali Dharma Sang Buddha) selama tiga bulan.
Lantas apa yang dikorbankan oleh umat Buddha? Korban yang dilakukan bukan dengan menyembelih hewan tetapi dengan mengorbankan harta kekayaan untuk menyokong kehidupan para bhiku/bhikuni yang sedang berjuang di jalan kesucian dengan mengendalikan nafsu indra. Adapun yang dapat di berikan untuk menyokong kehidupan para suciwan berupa empat kebutuhan pokok yaitu; (1) Jubah (pakaian para bhiku/bhikuni), (2) Makanan, (3) Obat-obatan, dan (4) Tempat tinggal.
Umat Buddha yang mengorbankan harta bendanya pada Sangha ketika Hari Khatina ibarat seorang petani yang menanam bibit unggul pada waktu yang tepat di tanah yang subur, sehingga akan memperoleh hasil yang berlimpah. Sedangkan secara spiritual seseorang yang merelakan harta bendanya untuk kebutuhan orang lain, sebenarnya mereka telah berhasil mengalahkan keserakahan yang ada di dalam dirinya dan telah mengembangkan benih kasih sayang demi kebahagiaan semua makhluk.
Penulis yakin setiap agama menganjurkan pada umatnya untuk melakukan korban, lakukan dengan kesungguhan hati dan bukan untuk di puji orang lain, niscaya kemuliaan akan engkau dapatkan.
Comments