Hari ini penulis baru pulang belanja dari pasar untuk memenuhi kebutuhan warung kelontong keluarga, capek dan gerah karena cuaca cukup panas.
Disela-sela kesibukan menyusun barang dagangan datanglah dua orang pemuda yang mengendarai sepeda motor. Ketika masuk ke warung kami sambut dengan pertanyaan orang warung: “Cari apa Om?”
Salah satu diantara mereka menjawab: “Mau nawarin pinjam koperasi, Mas”.
Mendengar hal tersebut sontak darah naik ke Ubun-ubun, mengapa demikian karena penulis tau jika pinjaman uang yang mereka tawarkan memang mudah pencairannya, tetapi bunga dan batas waktu pengembaliannya tidak masuk akal.

Kemudian salah seorang pemuda lainnya memperhatikan penulis yang memakai ikat kepala dan langsung berkata: “Mas orang Bali?!”.
Sontak jantung ini serasa mau meledak, bagaimana tidak? penulis menggunakan totopong (ikat kepala khas adat Sunda).

Dengan kesal penulis menjawab: “Sekolah dimanalah seperti ini kok ikat Bali, kesal aku” sembari membuka ikat kepala yang penulis kenakan.
Pemuda tersebut menjawab: “Kesal kenapa?”.
Mendengar hal itu penulis tidak menjawab dan pergi ke dalam kamar untuk mengambil ikat kepala khas Bali yang penulis miliki.
Semenit kemudian penulis keluar dan berkata: “Ini baru ikat Bali Om, yang aku pakai tadi itu ikat Sunda” Sembari memperlihatkan kedua ikat kepala pada pemuda terset.

Dan yang membuat penulis tidak habis pikir pemuda tadi masih berkata: “Kan mirip”.

Tanpa pikir panjang penulis pun menjawab: “Nanti, Om dijalan ketemu lelaki berambut panjang di bilang perempuan om, karena mimpi rambut panjangnya”

Dari kisah ini mengajarkan kita lebih baik bertanya ketika kita tidak tau atau tidak yakin, jangan berlaga pintar tetapi justru menunjukkan diri sendiri yang minim pengetahuan.

Terlebih lagi entah bagaimana dengan dunia pendidikan kita saat ini, bahkan generasi muda penerus Bangsa Indonesia banyak yang tidak paham dengan pakai adat suku bangsa ini.
Siapa yang harus bertanggung jawab?
Ini adalah tanggung jawab kita semua, hendaknya kita semua lebih sering menggunakan aksesori pakaian adat Budaya Nusantara, sehingga generasi penerus lebih familiar dengan pakaian adat hasil jerih payah leluhur bangsa.

Cintai Adat Budaya Bangsa Indonesia, sebelum punah dan atau di klaim oleh bangsa lainnya.

Suyadi

Berbeda Dalam Harmoni Nan Indah

Previous article

SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX Membuat Pingsan Simbok Pedagang Beras

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini