Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang adanya puasa yang dilakukan seseorang hingga mencapai sebuah pencerahan.
Musa hidup sekitar tahun 1500 SM, Ia pernah berpuasa di bukit Sinai. Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan Tuhan empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh (tablet batu) itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman (Keluaran 34:28). Setelah turun dari bukit Sinai, Musa membawa 10 perintah Tuhan yang tertulis pada dua tablet batu.
Siddharta Gautama yang hidup sekitar tahun 563 SM juga tekun bermeditasi. Sebelum menjadi Buddha Ia bermeditasi hingga tubuhnya kurus kering hampir menyerupai tengkorak hidup, dalam kondisi seperti ini Ia kesulitan menopang tubuhnya sendiri. Sampai pada akhirnya Ia tersadar ketika hidup hanya mengejar kesenangan dunia maka kehidupan akan terasa hampa, dan ketika kidup terlalu menyiksa diri maka sia-sia belaka hidupnya, ibarat dawai kecapi yang terlalu dikencangkan akan rawan putus jika dimainkan, jika terlalu kendor juga tidak merdu suaranya. Begitu pula dalam hidup, seorang manusia perlu menjalani kehidupan seimbang untuk memperoleh kebahagiaan.
Pada abad pertama Masehi ada Yesus yang pergi ke padang gurun setelah dibaptis oleh Yohanes pembaptis di sungai Yordan. Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di padang gurun Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar (Lukas 4:2). Dalam 40 hari tersebut Yesus memutuskan untuk memilih kerajaan Tuhan daripada kerajaan duniawi yang ditawarkan oleh Iblis.
Di Nusantara juga ada negarawan bernama Gajah Mada yang lahir sekitar tahun 1290 M. Ia bersumpah tidak makan pala sebelum mempersatukan Nusantara. Artinya Ia memutuskan tidak makan enak sebelum Nusantara bersatu. Itulah tekad besar pendahulu bangsa yang menjadi inspirasi bangsa Indonesia sampai saat ini.
Manusia yang menjalani puasa sejatinya memilih fokus pada apa yang mau Ia capai. Contohnya ketika seorang seniman berproses untuk melahirkan sebuah karya, Ia terkadang sampai lupa makan, lupa menyisir rambut, lupa mandi, Einstein berkutat dengan rumus-rumus fisika hingga menemukan rumus yang sangat terkenal di dunia. Perjuangan Einstein tergambar pada wajahnya yang cenderung menurun atau terlihat lelah, rambutnya yang hitam rapi menjadi rambut yang acak-acakan seperti tidak pernah dirapikan dan putih semua. Artinya Ia meninggalkan urusan penampilan untuk mencapai tujuannya. hal ini bisa dikatakan sebagai sebuah proses meninggalkan urusan duniawi untuk memperoleh sebuah pencerahan, bukan sekedar menahan hawa nafsu semata.
Akhir kata “Selamat menjalankan ibadah puasa untuk pembaca yang melaksanakan”.
Comments