Mental Kepiting atau Crab Mentality adalah sebutan untuk pola pikir “kalau aku ngga punya, kamu juga ngga boleh punya!”.
Coba lihat jika kepiting-kepiting dimasukkan kedalam ember, kepiting akan saling tarik menarik agar kepiting lainnya tidak keluar. Setiap ada kepiting yang berusaha kabur, akan ditarik kedalam ember lagi oleh kepiting satunya. Meski ember tidak terlalu dalam sehingga tidak perlu berjuang keras untuk keluar, usaha kepiting akan digagalkan oleh teman-temannya sendiri. Nah, dari sini lah crab mentality tersebut berasal.
Mentalitas kepiting bisa dikatakan seperti iri pada kesuksesan orang lain. Jika ada satu orang yang berhasil dan satu lainnya gagal, orang yang yang gagal akan tidak akan menerima keputusan tersebut atau bahkan bekerja sama dengan orang-orang yang belum berhasil lainnya untuk sama-sama menggagalkan satu orang yang telah berhasil duluan.
Disatu sisi, mungkin bisa terlihat ‘baik’ karena berlindung dibalik kalimat: “kita harus sukses bareng ya” atau ”kalo satu gagal, kita coba sampai semua berhasil”. Padahal sebenernya sikap ini bisa saja timbul dari rasa iri atas pencapaian orang bukan karena pencapaian tersebut menjadi motivasi untuk berusaha lebih keras.
Akibatnya, orang yang sudah berhasil tadi menjadi bingung dan merasa tidak enak karena menilai diri egois, tidak setia kawan, dan tidak tahu harus senang dan mengambil kesempatan ini atau melepaskannya untuk kembali berjuang bersama teman lainnya hingga semuanya sukses dan berhasil bersama-sama. Padahal, teman-temannya yang justru egois dan tidak menerima kesuksesan temannya yang satu tersebut.
Ada yang pernah mengalami hal tersebut?
Awalnya, mental kepiting berasal dari insecure atau tidak percaya pada kemampuan diri sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa status sosial yang baik itu penting dan jiwa kompetitif adalah hal yang dimiliki semua orang. Setiap orang ingin dipandang baik oleh siapapun. Yang menjadi permasalahannya adalah ketika hal ini bermula karena perasaan negatif terhadap orang lain ataupun diri sendiri.
Mental kepiting dapat muncul karena adanya rasa cemburu, dendam, malu, kurang percaya diri, kurang menghargai diri sendiri, dan rasa kompetitif yang berlebihan. Jadi, saat mendengar orang lain lebih baik atau berhasil, ada sikap nyiyir, rasa kesal dan tidak bisa ikut senang mendengar keberhasilan satu orang tersebut.
Sebenarnya akan selalu ada orang yang lebih baik dari kita. Jika kita terus-menerus berusaha untuk menarik orang lain untuk menjadi selevel dan setara dengan kita, kita akan lelah sendiri dan kita tidak akan bisa berkembang karena kita terjebak dalam ember tersebut dalam waktu yang lama.
Tidak perlu mengkhawatirkan pencapaian orang lain saat mereka berhasil, karena kitapun sebenarnya bisa berhasil dan sukses juga dikesempatan lainnya. Mungkin waktu dan caranya berbeda, namun itu bukan masalah. Tetap fokus dalam membenahi dan mengembangkan diri.
Saat kita punya suatu hal yang bisa dibanggakan, kita tidak akan inscecure pada keberhasilan orang lain karena kita sadar bahwa setiap orang unik dan berharga. Setiap orang punya kesuksesan dan pencapaian masing-masing dengan cara, waktu, dan proses yang berbeda-beda.
Jika dikritik, maka ambil masukan positifnya. Jika dinyinyir orang terus, itu masalah mereka bukan kita. Apapun keadaannya, kamu adalah versi terbaik diri sendiri dan janga lupa bangga pada dirimu sendiri karena tetap bertahan dan sudah selalu berjuang. Semangat!
Sumber: instagram @rahasiagadis
Comments