Zaman boleh berubah, waktu boleh berganti namun tidak dengan budaya maota lapau di Sumatera Barat. Di Minangkabau maota lapau berarti diskusi warung yang identik kepada laki-laki yang nongkrong dan berdiskusi di warung sambil minum kopi.
Berdiskusi di warung sebenarnya hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat umum di Indonesia namun memiliki sedikit perbedaan dengan maota lapau seperti orang-orang yang terlibat dalam diskusi misalnya. Maota lapau hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kesamaan baik suku (baik Chaniago, Tanjung, Sikumbang dan lainnya), maupun kesamaan kedudukan dalam masyarakat (mamak, keponakan, cadiak pandai dan lainnya). Pembicaraan umum yang dilakukan oleh kelompok ini berkaitan dengan tugas dan fungsi masing-masing baik dari segi berbagi ilmu, meminta pendapat maupun menyampaikan informasi. Mereka yang tidak memiliki kesamaan dengan orang-orang yang terlibat dalam maota lapau tidak diperkenankan mengikuti diskusi. Jika ada pihak lain yang tiba-tiba datang akan diberikan kode untuk menjauh dari forum. Kode umum yang dilakukan dengan tidak mengacuhkan orang tersebut atau berpura-pura batuk.
Maota lapau hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kesamaa suku maupun kedudukan bertujuan agar setiap anggota masyarakat lebih memahami pembicaraan dalam diskusi. Hal ini berbeda dengan diskusi yang dilakukan masyarakat Indonesia pada umumnya yang melakukan diskusi dengan kalangan yang tidak memiliki kesamaan visi dan misi. Alhasil informasi yang diberikan tidak dapat dicerna atau dipahami seluruh peserta diskusi.
Melihat bagaimana “Maota Lapau” menawarkan fasilitas penyampaian informasi, maka “Maota Lapau” dapat dijadikan sebagai ajang penyampaian konten berita positif yang efektif dan efisien. Penyampaian berita positif tidak harus hanya lewat media sosial semata, banyak hal yang paling dekat dengan kehidupan kita masing-masing yang bisa dijadikan media yang efektif dan efisien. Melalui tulisan ini penulis memperkenalkan salah satu bentuk metoda penyampaian berita berkonten positif yang tentunya dekat dengan keseharian masyarakat Minangkabau.
Budaya “Maota lapau” ini menjadi pegangan penting bagi lelaki di Minangkabau untuk berpartisipasi dalam maota lapau yang berotasi pada kesamaan kedudukan dan kepentingan di dalam masyarakat Minangkabau. Harus kita akui bersama kesamaan visi, misi dan pandangan menjadi modal yang sangat penting dalam menyampaikan suatu informasi agar informasi tersebut dapat dengan mudah untuk dipahami oleh siapapun yang ikut didalam kegiatan tersebut.
Seiring berjalannya waktu budaya maota lapau ini sudah mulai hilang di sumatera barat. Walaupun masih banyak yang nongkrong di kedai namun tidak bisa disebut dengan budaya maota lapau karena syarat identik dari maota lapau tidak terpenuhi olehnya. Adapun wilayah yang masih memegang prinsip ini hanya ada di wilayah yg masih kental budaya minang kabaunya seperti sebagian wilayah darek atau luhak nan tuo karena kebudayaan minang kabau berasal dari daerah ini.
Comments