Makna ‘Kondangan’ di desa Kenteng

Sebagai warga Padang, saya mengartikan kondangan sebagai acara yang berkonotasi bahagia, menyenangkan, dan erat kaitannya dengan menghadiri acara resepsi pernikahan. Namun, di desa Kenteng, Jawa Tengah, kondang bermakna lain. Kondangan lebih erat artinya dengan rangkaian acara melayat (kematian).

            Bulan Juni ini, pertama kalinya saya ikut langsung dalam acara kondangan yang dilaksanakan di lingkungan sekitar tempat saya tinggal. Saat itu yang meninggal dunia adalah neneknya tetangga saya.

            Rangkaian acara kematian disini ditahap awal hampir sama dengan di kampung asal saya. Namun yang membedakannya adalah disini tamu yang datang ditawari rokok, permen, dan disediakan air putih. Sedangkan di daerah saya hanya air putih saja. Saat prosesi mensalatkan jenazah, masyarakat yang ikut mensalatkan akan diberi sedekah berupa uang dalam amplop. Jumlah uang disesuaikan dengan kemampuan keluarga.

            Setelah dimakamkan, malamnya akan diadakan acara tahlil. Acara tahlil ini berlangsung selama 7 hari berturut-turut. Dan selama 7 hari itu, keluarga penyelenggara akan menjamu warga yang hadir dengan makanan dan minuman. Tidak hanya sampai disitu, setelah acara berakhir, warga juga akan diberi kantong yang berisi makanan.

            Di hari ke 4, warga akan diberi sedekah beras. Kegiatan yang lain masih sama, ada doa bersama, makan-makan, lalu pemberian sedekah. Puncak dari acara ini adalah hari ke-7 dimana keluarga dan masyarakat sekitar akan berdoa di makam. Warga yang datang juga diberi sedekah setelah acara selesai. Malamnya, biasanya keluarga akan memberi jamuan lebih Istimewa. Makanan yang diberikan lebih bervariasi dan banyak.

            Semua kegiatan yang dilakukan, diniatkan sebagai sedekah orang yang meninggal. Demikianlah makna kondangan di desa Kenteng.