Redaksi- Duta Damai Sumbar, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Rycko Amelza Dahniel mengatakan kelompok teroris saat ini lebih banyak melakukan gerakan bawah tanah secara sistematis.
Rycko menyebut ancaman serangan kelompok tersebut memang menurun sejak 2018 hingga tahun ini, namun mereka terus melakukan rekrutmen secara langsung maupun melalui internet.
“Ancaman itu sekarang sudah lebih banyak berubah, dari serangan terbuka menjadi proses gerakan bawah tanah yang sistematis. Melakukan proses rekrutmen melalui radikalisasi secara online dan offline. Kemudian melakukan pengumpulan dana, memperkuat sel-sel seperti itu,” kata Rycko di Bali, Kamis (12/10) malam. Berdasarkan artikel dari CNN Indonesia.
Jenderal bintang tiga itu mengatakan untuk mencegah gerakan tersebut pihaknya terus membangun kesadaran publik tentang bahaya dari ideologi radikalisme tersebut.
“Kemudian keikutsertaan publik memahami, sehingga kita memiliki daya cegah, daya lawan, dan daya tangkal terhadap ideologi kekerasan ini, dari semua kalangan terutama generasi muda, para perempuan, anak-anak dan remaja,” ujarnya.
Rycko menyebut pihaknya dan Densus 88 telah menemukan ratusan ribu konten dengan doktrin radikalisme di internet. Menurutnya, kelompok ini memanfaatkan situasi pandemi Covid-19 untuk menggencarkan penyebaran konten-konten tersebut.
“Tiga tahun pandemi, kita lebih banyak berkomunikasi menggunakan media online. Dalam waktu bersamaan, sel-sel ini memanfaatkan anak-anak yang belajar berkomunikasi, bersosialisasi, hampir seluruh kehidupannya menggunakan online itu dimanfaatkan dengan konten-konten radikal seperti itu. (Konten ditemukan) ratusan ribu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rycko mengatakan pihaknya juga terus melakukan operasi untuk mengantisipasi jaringan teroris tersebut menjelang Pemilu 2024.
“Kami terus melakukan operasi, melakukan kesiapsiagaan nasional. Membangun public awareness untuk menciptakan resilient community. Kami melakukan monitor terhadap sel-sel jaringan itu dan para pendukungnya dan mantan napiter (napi teroris) yang ada di luar,” jelasnya.
Menurutnya, jaringan terorisme dari luar Indonesia pasti selalu ada. Pihaknya pun telah bekerja sama dengan banyak negara, terutama negara-negara di Timur Tengah.
“Jaringan teroris dari luar pasti ada, karena namanya jaringan. Itu kita antisipasi dengan kerja sama internasional. Kita kerja sama dengan semua negara. Terutama negara di Timur Tengah dan lainnya,” ujarnya.
Comments