Akhir-akhir ini, pemerintah Republik Indonesia tengah berupaya membangun anak muda dengan target Menuju Generasi Emas 2045, sebenarnya apa yang dimaksud Generasi Emas tersebut?. Dalam konteks umum, “Generasi Emas” sering digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang diharapkan memiliki karakteristik seperti kecerdasan, keberanian, integritas, dan kemampuan untuk menciptakan perubahan kearah yang positif.

Dalam konteks yang lebih luas, “Generasi Emas” juga dapat merujuk pada generasi yang menjadi pionir atau inovator dalam bidang tertentu seperti teknologi, seni, ilmu pengetahuan, atau politik, yang berkontribusi secara signifikan terhadap kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan konsep “Generasi Emas” menyoroti pentingnya pembentukan individu yang tidak hanya unggul dalam segi pribadi dan sosial, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan yang membawa manfaat bagi seluruh masyarakat. Dalam pandangan Islam atau beberapa kaum Muslimin, “Generasi Emas” dapat merujuk pada generasi yang tidak hanya memiliki kualitas pribadi yang kuat, tetapi juga berkomitmen untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Adanya campain tersebut tentu harusnya menjadi inisiatif yang menyoroti keberagaman dan menolak kekerasan sebagai cara untuk mempromosikan perdamaian dan harmoni dalam masyarakat. Hal ini merupakan pendekatan yang sangat sesuai dengan nilai-nilai Islam yang mendorong toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta penyelesaian konflik secara damai sehingga menghasilkan generasi dengan sdm yang berkualitas.

Merujuk pada ajaran Agama Islam, terdapat banyak ajaran dan prinsip yang mendukung upaya seperti ini diantaranya :

Keteladanan Nabi Muhammad saw: Nabi Muhammad saw selalu menunjukkan sikap ramah dan penghormatan terhadap semua orang, tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang mereka. Beliau mengajarkan umatnya untuk menghargai perbedaan dan menyelesaikan konflik dengan cara yang baik dan damai.

Ketidaksetujuan terhadap Kekerasan: Islam menolak keras penggunaan kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah atau mempertahankan kebenaran. Sebaliknya, umat Islam diajarkan untuk mengutamakan dialog, musyawarah, dan penyelesaian yang adil dalam menangani perselisihan.

Penghargaan terhadap Keberagaman: Al-Qur’an secara eksplisit menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia berbagai bangsa dan suku agar mereka saling mengenal dan saling memahami (QS. Al-Hujurat: 13). Ini mengajarkan umat Islam untuk memperlakukan semua orang dengan adil dan menghormati keberagaman dalam masyarakat.

Pendidikan dan Kesadaran: Gerakan “Generasi Emas” dapat memanfaatkan pendidikan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya perdamaian, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya pendidikan sebagai kunci untuk membangun masyarakat yang adil dan damai. Hal ini dibuktikan dengan eksis nya peradaban kuno Baghdad yang menjadi pusat peradaban dunia yang menciptakan manusia berintegritas serta berkualitas tanpa mengkesampingkan nilai-nilai agama dengan mempelajari segala hal.

Menjadi generasi emas muslim yang sehat serta bermartabat, tentunya harus menolak segala bentuk upaya ntindak kekerasan, alasannya karena :

Bertentangan dengan Ajaran Kemanusiaan: Kekerasan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Setiap manusia memiliki martabat dan hak asasi yang harus dihormati, dan penggunaan kekerasan mengancam hak-hak ini serta mengorbankan kemanusiaan itu sendiri.

Tidak Efektif sebagai Solusi Jangka Panjang: Kekerasan seringkali menghasilkan lebih banyak masalah daripada solusi. Meskipun mungkin memberikan solusi sementara, efek jangka panjangnya cenderung merusak hubungan, menciptakan perpecahan, dan memperburuk konflik yang ada.

Bertentangan dengan Ajaran Agama: Di dalam banyak agama, termasuk Islam, kekerasan tidak dianjurkan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah atau menegakkan kebenaran. Islam mengajarkan perdamaian, toleransi, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang damai dan adil.

Menimbulkan Trauma dan Penderitaan: Kekerasan tidak hanya berdampak pada korban langsungnya, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Trauma, penderitaan, dan ketakutan dapat merusak kesejahteraan psikologis dan sosial individu serta komunitas.

Menghalangi Kemajuan Sosial dan Pembangunan: Kekerasan menghambat kemajuan sosial, ekonomi, dan politik suatu masyarakat. Masyarakat yang stabil dan damai lebih mungkin mencapai tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan bersama.

Alternatif yang Lebih Baik Ada: Terdapat alternatif yang lebih baik dalam menyelesaikan konflik dan mempromosikan perubahan positif, seperti dialog, diplomasi, pendidikan, dan advokasi untuk keadilan.

Dengan menolak kekerasan, kita memilih untuk membangun masyarakat yang lebih damai, adil, dan berkelanjutan, sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ajaran agama yang menghargai kehidupan dan perdamaian. Hal tersebut akan menghasilkan masyarakat yang memiliki kualitas kehidupan serta dapat mewujudkan Generasi Emas yang selama ini dicita-citakan.

Noted : Tulisan Ini Merupakan Karya Lomba dari Ar Rafi Saputra Irwan (anggota DD Sumbar) dalam memeriahkan HUT BNPT-RI Ke 14 Tahun.

Ar Rafi Saputra Irwan
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang. Anggota Duta Damai Dunia Maya Sumatera Barat

Islam Antara Harmoni dan Perdamaian

Previous article

Cinta Perdamaian, Tolak Kekerasan, Harmoni Dalam Keberagaman Versi Pandangan Islam

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Edukasi