Redaksi-Duta Damai Sumbar, Sumatera barat yang terkenal dengan budaya Minangkabau yang menggunakan kata-kata kias dalam keseharian penduduk nya seolah-olah pada beberapa tahun belakangan ini sudah kehilangan kebudayaan tersebut. Banyak orang diluar sana berpendapat bahwa masyarakat Minangkabau di era ini telah kehilangan budaya “kias” tersebut yang digantikan dengan lansung berbicara pada intinya atau lebih di kenal dengan “to the point”.
Ada anggapan hal ini dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan tidak kalah penting adalah kemunduran dari budaya itu sendiri. Bisa di lihat dari makin berkurangnya kaum muda yang mau belajar petatah petitih Minangkabau atau setidaknya belajar silat Minangkabau seperti silat lunau atau silat harimau.
Di tengah kemajuan teknologi terutama era media sosial muncullah dua IG besar dengan jumlah follower ratusan ribu di Sumbar yang IG tersebut lebih memberikan informasi pada follower nya. akun Instagram tersebut adalah Bukittinggiku dan Infosumbar .
Dua akun Instagram tersebut dari awal telah berupaya menyajikan data perkembangan Covid-19 di Sumatera barat. Tidak terkecuali disaat bulan suci ramadhan ini.
Banyak follower dari 2 akun tersebut yang berkomentar negatif pada admin dari akun Instagram Bukittinggiku dan infosumbar. Kalau dilihat rata-rata mereka tidak terima informasi yang disampaikan oleh 2 akun tersebut yang berkaitan dengan penambahan angka Covid-19 di Sumatera barat.
Tidak jarang dari mereka berkata-kata kasar melalui fitur komentar di IG Bukittinggiku dan Infosumbar tersebut.
Berikut tangkapan layar dari mereka yang mengundang “geleng-geleng” kepala bagi mereka yang mengetahui bahaya Covid-19 itu sendiri.
Tangkapan layar tersebut hanya sebagian saja, masih banyak komentar negatif lainnya yang seharusnya tidak pantas untuk di publikasikan disini.
Pada akhirnya penulis tidak bisa 100% menyalahkan follower dari ke dua akun tersebut namun yang pasti sangat kasihan pada sebagian nitizen di Sumatera barat yang masih belum mampu melakukan literasi media yang benar. Ketika melakukan literasi media saja masih belum mampu bagaimana bisa seseorang bisa menafsirkan mana yang salah dan yang benar dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Comments