Jakarta – Hari terakhir seminar Regional Workshop on Establishing Southeast Asia Youth Ambassador for Peace yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada Kamis (25/04) yang lalu menghadirkan pembicara salah satunya remaja asal Indonesia yang pernah pergi ke Suriah, Nurshadrina Khaira Dhania. Ia bercerita kenapa awalnya dia bisa terjerumus paham radikalisme hingga pergi ke Suriah dan bergabung kelompok teroris, ISIS. Begini kisahnya:
Tahun 2013, Dhania panggilannya banyak menghabiskan waktu di internet seperti Facebook dan Twitter dengan baca-baca artikel tentang Islam dan disitu ia banyak melihat teman-temannya hijrah dari segi pakaian yang lebih syar’i. Nah, Ia pun tertarik untuk hijrah menjadi muslimah yang lebih baik lagi.
Kemudian, ia merasa hidup kok gitu-gitu aja ya dan dari segi perekonomian keluarga, Alhamdulillah tercukupi dan cukup mapan lah. Begitupun dari segi akademik cukup baguslah. Ayahnya bekerja dan ibu saya sibuk. Disana ia seperti merasakan kekosongan dalam jiwanya karena keluarga itu menurut saya tempat bercerita sedangkan ia tidak merasakan hal tersebut.
Selain artikel-artikel Islami, ia juga membaca buku-buku sejarah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Ia ingin mengetahui bagaimana kehidupan dan Islam pada zaman tersebut. Dari buku sejarah Nabi itu ia membaca pada zaman itu adil dan terjamin kehidupan masyarakatnya.
Puncaknya, pada tahun 2014 ia mendapatkan informasi dari pamannya, Iman Santoso dengan munculnya deklarasi kekhilafahan yang mana informasi tersebut lagi-lagi berasal dari internet. Pada saat itu ia sempat berpikir bukannya Khilafah itu sudah dulu sekali ya, kenapa ada lagi sekarang? Dan akhirnya ia menemukan narasi di Facebook dengan nama Page-nya “Diary of Muhajirah” (Catatan Harian Kaum Perempuan yang Berhijrah). Di halaman inilah ia banyak mendapatkan informasi pengalaman orang-orang yang berhijrah ke Suriah. Dia pun mulai berkomunikasi langsung dengan pendukung ISIS di Suriah. Dimana para pendukung ISIS di Suriah menjanjikan kehidupan yang layak dan menanggung semuanya seperti listrik, air, rumah, dan lain lain.
Propaganda ISIS pun mulai membuat Dhania semakin yakin untuk hijrah ke Suriah. Apalagi diperkuat dengan dalil bahwa Suriah itu adalah negeri yang diberkati oleh Allah SWT. Bahwa disana akan mendapatkan surga dunia dan juga surga akhirat apabila benar-benar hijrah. Selain itu juga bisa merasakan kehidupan seperti dizaman nabi seperti cerita orang-orang yang pergi kesana. Dia juga sering menonton video propaganda ISIS.
Setelah mendapatkan semuanya dari internet, Dhania pun menceritakannya pada keluarganya ayah dan adiknya ia mengatakan disana bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji lebih besar, pengobatan gratis, tidak harus berperang dan banyak remaja yang pergi ke Suriah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ia mengaku awalnya respon dari ayahnya biasa saja. Hingga akhirnya Dhania nekat keluar dari sekolahnya untuk diuruskan paspor kesana.
Agustus 2015, Dhania pun berangkat ke Suriah bersama 26 orang lainnya termasuk keluarga dan pamannya. Hanya Dia dan 18 orang lainnya yang berhasil menginjakkan kakinya di Suriah, selebihnya ditangkap pemerintah Turki. Sampai di Suriah, Dhania merasa senang sekali dan bersyukur karena sampai di negeri yang diberkati. Disana mereka dijemput militan ISIS dan langsung dipisahkan laki-laki dan perempuan.
Di asrama perempuan Dhania tidak melihat kondisi seperti yang mereka bilang. Asramanya sangat kotor sekali, wanita-wanita sering berkelahi satu sama lain. Hal itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam bahwa kebersihan itu sebagain dari iman dan sesama muslim itu bersaudara.
Lama kelamaan mulai muncul kekecewaan, kok beda ya sama yang mereka bilang sebelumnya di internet. Bahkan aku dan saudaraku pernah di ajak menikah dengan fighter ISIS yang mengatakan ini adalah salah satu jihad dan aku menolak ajakan tersebut, aku Dhania yang saat itu berumur 17 tahun.
Ketika awal 2016 yang laki-laki kembali dari sekolah didikan ISIS, Dhania terkejut mereka sempat ditahan 3 bulan karena menolak berperang. Selama 4 bulan disana, Dhania sempat dikasih rumah susun gratis karena neneknya berumur 78 tahun juga ikut.
Janji manis yang tidak sesuai dengan cerita yang didapat di internet membuat Dhania berpikir ingin segera keluar dari Suriah pada Juni 2016. Propaganda dan narasi ISIS di media sosial pun sangat berbeda jauh dengan apa yang dirasakan Dhania saat berada disana. Dari segi agama, juga banyak sekali yang bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
Dhania pun menyesal dan perjuangan untuk kembali ke tanah air pun memerlukan waktu hampir satu tahun. Ia melewati jembatan di sungai Effrat yang sudah hancur dibom dan akhirnya berkat pertolongan Allah SWT lewat seorang kakek, Dhania berhasil keluar dari Raqqa melalui Irak, dan bisa pulang ke Indonesia pada Agustus tahun 2017.
Kepada Duta Damai Dunia Maya Asia Tenggara, Dhania memberikan tips kepada generasi muda agar membaca dan memahami Alquran dengan benar, banyak bertanya kepada guru dan jangan hanya bersumber dari satu ayat, membaca buku-buku sebagai referensi agar bisa mempeluas wawasan kita, mencari sumber lain atau second opinion dari orang-orang atau ustadz-ustadz. Dengan begitu kita bisa memfilter informasi-informasi yang kita dapatkan di internet dan menyebarkan hal-hal yang positif.
- Adi Suhendra ll DD SUMBAR
Comments