Oleh: Yui
Menulis naskah fiksi, entah itu prosa, novel, cerpen, cerbung, atau mungkin cermin, tentu tidak akan terlepas dari kerangka. Ada sebagian penulis yang suka menulis secara langsung. Dengan kata lain, mereka akan menulis apa pun ide yang ada dalam pikiran. Ada juga penulis yang senang membuat kerangka tulisan.
Berbicara mengenai kerangka tulisan, tentu ada pertanyaan mengenai arti dari kata tersebut. Outline atau biasa dikenal dengan kerangka tulisan (borang) merupakan daftar ide yang akan dimunculkan dalam naskah kita. Alasan kerangka ini ditulis agar konsep awal atau dasar dari tulisan tidak keluar dari jalur alias sesuai dengan apa yang diinginkan penulis dari awal sebelum menulis.
Apakah kerangka ini penting? Jawabannya tentu penting. Akan tetapi, boleh dibuat atau tidak. Menyusun outline untuk naskah fiksi adalah langkah awal yang penting untuk memastikan cerita berjalan secara terstruktur dan tetap fokus pada alur, serta tema utama.
Berikut cara menyusun atau menulis outline secara sederhana.
- Tentukan Ide Utama Cerita
- Tentukan pesan atau tema yang akan dibuat: Apa pesan atau makna utama dari cerita yang ingin disampaikan? Misal, mengenai pentingnya kesehatan mental untuk penderita gangguan jiwa atau trauma.
- Buat premis singkat: Gambarkan cerita dalam satu kalimat atau satu paragraf yang terdiri dari tokoh, tujuan, dan hambatan. Contoh: Mayang seorang autis tingkat A ingin menjadi pengacara utama, tetapi memiliki hambatan jika anak autis dianggap bodoh dan beban.
- Tentukan Tokoh dan Penokohan
- Karakter utama: Mayang, gadis indigo yang memiliki cita-cita menjadi pengacara. Seperti anak autis pada umumnya, sikap Mayang tidak peduli dengan keadaan sekitar dan suka dengan dunia sendiri.
- Karakter pendukung: Ardi, ayah Mayang, seorang guru SD yang memiliki sikap sabar dan penyayang. Selalu dianggap bodoh karena membesarkan Mayang seorang diri.
- Ada juga tokoh antagonis, protagonis, sentral dan karakter datar untuk pelengkap naskah.
- Susunlah struktur Cerita (Awal, Tengah, Akhir)
- Awal: Bagian ini sebagai pengantar cerita, bisa diisi langsung dengan prolog, pengenalan tokoh secara sederhana, atau suguhkan konflik ringan untuk mengikat pembaca. Contoh: Mayang menutup telinga saat tetangganya melempar panci. Ia langsung gemetar karena bunyi panci yang keras itu. Ardi yang melihat itu, langsung menenangkan Mayang agar sang anak tidak histeris dan berteriak.
- Tengah: Biasanya bagian ini konflik atau tantangan muncul. Bagaimana tokoh utama menghadapi rintangan, bagaimana karakter berkembang, dan situasi apa yang mengancam keberhasilan mereka? Contoh: Mayang mencoba mendaftarkan diri ke salah satu firma hukum, tetapi diolok-olok oleh teman kuliahnya. Bahkan, di firma tersebut Mayang dianggap cacat dan diusir. Sang ayah yang tidak ingin melihat itu semua, meminta Mayang untuk berhenti karena cita-cita itu cukup mustahil. Mendapat ucapan seperti itu, Mayang mengurung diri dan mogok makan. Ia jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit.
- Akhir: pada bagian ini, tentu sudah bagian akhir dari cerita yang akan ditulis. Bagaimana penulis menyuguhkan akhir yang bagus untuk naskah mereka, apakah berakhir bahagia atau sebaliknya. Contoh: Tanpa Mayang ketahui, seorang ahli hukum ingin merekrut Mayang tanpa memandang kekurangan Mayang. Ia menerima Mayang dan memberi Mayang satu perkara yang harus diselesaikan Mayang. Ia pun menyampaikan bahwa tidak ada manusia yang terlahir sempurna dan bukan tugas manusia untuk menghakimi ciptaan Tuhan. Akhirnya, Mayang menjadi anak autis pertama yang bekerja sebagai pengacara.
Selain itu, ada langkah penting yang harus dipastikan untuk kelengkapan naskah, seperti genre yang akan ditulis, sudut pandang, jumlah kata per bab, berapa bab yang akan ditulis, dan jenis prosa (novel, cerpen, atau cerbung).
Tertarik untuk mencoba?
Comments