Resensi Buku: Hijrah Berkali-kali Ala Denny JA

Oleh: Yui

Buku Hijrah Berkali-kali Ala Denny JA merupakan karangan dari Mila Muzakkar. Buku ini secara khusus ditujukan kepada Generasi Milenial dan Generasi Z. Buku dengan jumlah halaman 141 dan diterbitkan pada bulan Agustus 2024 oleh Cerah Budaya indonesia, sangat bagus dan cocok dijadikan bacaan di kala hidup merasa hampa tanpa tujuan.

Mengapa saya sampaikan jika buku ini menguliti makna dari kehidupan manusia? Karena suguhan pertama dari kata pengantar yang ditulis oleh penulis, meminta kita untuk merenung dan berpikir mengenai, “Ke mana hidup harus diarahkan? Apa makna tertinggi dari hidup? Dan ingin dikenang sebagai apa kelak jika mati nanti?” Bukankah pertanyaan-pertanyaan itu yang tanpa sadar bermain dalam benak manusia? Akan tetapi, pertanyaan itu selalu diabaikan, bahkan mungkin dianggap angin lalu.

Judul buku ini saja Hijrah Berkali-kali Ala Denny JA, tentu sebagian besar membahas semua hal yang berkaitan dengan Denny JA. Tidak hanya itu, penulis juga mengambil beberapa tokoh terkenal di dunia untuk dijadikan referensi bahwa hidup selalu berjalan dan berproses, tentu sesuai dengan tulisan Denny JA. Penulis benar-benar mencurahkan segala resah yang kemungkinan besar dirasakan oleh Denny mengenai manusia dan dunia.

Sejujurnya, buku ini tidak cocok dikonsumsi oleh orang-orang yang tidak bisa mencerna arti sebuah kehidupan dan menghargai segala perbedaan. Buku ini harus dicerna beberapa kali, harus membuka hati dan pikiran terlebih dahulu, karena ada isu sensitif yang dibahas, seperti LGBTQ, patriarki, masalah agama (menikah sesama jenis, menikah beda agama, dan penganut ekstrim suatu agama), kekerasan seksual, dan secara gamblang menyebut lembaga pemerintah.

Penulis membagi buku ini menjadi tiga bab besar yang setiap bab berisi ilmu, pandangan, dan pendapat pribadi, serta harapan penulis.

Pada bagian pertama, penulis bercerita mengenai “Menjadi Pribadi yang Bertumbuh”. Lalu, kita disuguhkan untuk menegosiasi takdir. Bukankah hal lucu jika manusia bernegosiasi dengan takdir? Akan tetapi, menurut penulis yang sudah membaca banyak karya Denny JA, bernegosiasi dengan takdir itu tidaklah mustahil. Kita hanya perlu pendekatan diri dengan Tuhan, hidup optimis, dan tentu bisa melampaui diri sendiri. Bahkan, ada satu kutipan yang bagus dalam buku ini, “Dirimu adalah penghalang dari dirimu. Karena itu, terbanglah, lampaui dirimu.”

Bagian kedua, penulis meminta kita sebagai pembaca untuk merenuni arti cinta yang sesungguhnya. Pada bagian ini, saya cukup merenung dengan tulisan yang disajikan penulis. Ternyata, kata ikhlas dan merelakan dalam cinta itu benar-benar ada. Hal ini saya dapatkan dari Rabiah yang mencintai Tuhan dan berani merayu Tuhan.

Tidak hanya itu saja, penulis juga memberi tahu bahwa cinta itu terbagi banyak, seperti cinta agama, cinta spiritualitas, cinta dari orang tua, cinta lingkungan, cinta pekerjaan, cinta beda agama yang menurut saya cukup sensitif untuk dibahas, dan tipe pemimpin yang dicintai (ini benar-benar meminta pemimpin Indonesia bercermin diri).

Bagian ketiga, penulis menyampaikan dengan bahasa kiasan atau ada makna dari kata yang ditulis, “Mendengar Suara yang Tidak Terdengar”. Apa yang saya dapat dari bagian ini? Cukup banyak dan lagi-lagi membuat saya merenung. Salah satu yang saya ingat saat membaca bagian ini adalah mengenai Bunda Theresa dan Mahatma Ghandi, dua tokoh besar yang sangat dimuliakan. Dua manusia ini mendengar keluh kesah dari orang-orang pinggiran yang diabaikan oleh penguasa, anak-anak yang bermimpi tinggi seperti anak-anak korban perang (Gaza), dan suara-suara minoritas yang dibungkam. Bukankah suara-suara tersebut merupakan suara yang tidak terdengar?

Buku ini mengambil semua sudut pandang, tidak membeda-bedakan kisah yang bisa dipetik. Contoh, ada pengajaran Buddha mengenai meditasi yang dijelaskan pada bab cinta, ada pengajaran Islam yang mengambil tokoh sufi, Jalaluddin Rumi, tokoh Kristen dan Hindu, Bunda Theresa dan Mahatma Ghandi. Ada juga tokoh-tokoh penting, seperti penulis JK Rowling, Victor Frankl, Stephen Hawking, Nelson Mandela, Alfred Nobel, bahkan Leonal Messi.

Rasa kagum tentu tidak sepenuhnya sempurna, bukan? Seperti menjalani hidup, tentu ada masalah yang harus diselesaikan dengan dua sisi yang berbeda, menerima atau menyalahkan. Hal ini juga berlaku untuk buku yang saya baca ini.

Buku ini tentu tidak harus sempurna. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan kepada penulis, boleh diterima masukkan ini, boleh diabaikan. Karena yang saya miliki hanya soft copy, bukan cetak, saya tidak melihat sumber referensi yang disajikan oleh penulis hingga halaman terakhir. Biasanya, jika membahas kutipan dan referensi, tentu rujukan ditulis bagian akhir di daftar pustaka.

Kedua mengenai kepenulisan. Merujuk tulisan ini ditujukan untuk Generasi Milenial dan Generasi Z, buku ini ditulis seringan mungkin dengan bahasa yang santai (walaupun pembahasan benar-benar sensitif). Akan tetapi, seharusnya penulis melakukan swasunting lagi. Dalam buku, masih ada tulisan yang typo dan kurang enak dibaca.

Walaupun ada kekurangan, buku ini benar-benar saya rekomendasikan untuk semua kalangan yang benar-benar ingin memaknai hidup agar hidup lebih terarah.

Indonesia, 25 September 2024

Yui
Penulis dan Pengarang

    Jadwal Indonesia U- 20 Minggu Ini

    Previous article

    Rapor Rycko Amelza Dahniel Sebagai Kepala BNPT Terkait Serangan Teroris

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *