Berawal kisah di salah satu sudut kota depok, Disusunlah rencana bisnis jangka panjang oleh pembuka agama yang memanfaatkan sifat negatif dari masyarakat disekitar rumahnya berada. Sifat negatif dari manusia adalah gampang terprofokasi dengan berita negatif dan melibatkan orang lain.
Disusunlah skenario dengan menyebarkan informasi hoaks bahwa telah terjadi kehilangan benda berharga di kampung tersebut yang disebabkan oleh kegiatan persugihan. Persugihan yang dimaksud oleh pembuka agama ini adalah kegiatan “Ngepet” yang lebih dikenal dengan “Babi Ngepet”.
Disusunlah skenario bahwa pembuka agama beserta ke depan teman-temannya telah menangkap babi ngepet. Agar meyakinkan di buatlah skenario yang menangkap melucuti pakainnya sehingga mereka telanjang.
Ternyata dengan skenario tersebut masyarakat lebih percaya lagi dengan skenario si pembuka agama itu. Selanjutnya di juallah nama pembuka masyarakat memutuskan bahwa babi yang ditangkap harus secepatnya di matikan dengan memanggal kepala si Babi.
Digunakanlah ayat-ayat tuhan ketika ritual pemenggalan kepala babi tersebut. Dan benar saja masyarakat dengan mudahnya percaya dengan praktek Babi ngepet tersebut.
Dilain pihak ternyata si pembuka agama beserta kawan-kawannya menarik retribusi dari mempertontonkan “babi ngepet” ini. Untuk bisa melihat si babi harus membayar, untuk bisa menofoto juga harus membayar belum lagi retribusi yang lain. Dan pada akhirnya masyarakat yang tertarik berbondong-bodong mengeluarkan uang untuk bisa melihat babi yang difitnah ini.
Disisi lain ada seorang wanita yang berusaha menyerang tetangganya yang lebih diberkahi dengan harta oleh tuhan yang maha esa. Dengan lantannya si wanita ini menuduh si tetangga tersebut melakukan aksi persugihan Babi Ngepet. Disusunlah kata-kata bahwa si tetangga tersebut tidak bekerja keras namun tidak pernah kekurangan uang. Dan bisa ditebak si wanita inipun juga gampang dipercayai oleh masyarakat sekitar.
Masyarakat pasti pernah mendengar bagaimana para pebisnis makanan siap saji hanya menayangkan kelezatan makanan mereka tanpa menunjukkan resiko ketika mengkonsumsi makanan siap saji secara terus menerus. Bagaimana produsen mie instan memframming bagaimana nikmatnya orang memakan mie instan mereka tanpa menunjukkan kandungan gizi dari mie tersebut.
Hal inipun juga berlaku pada ranah lain seperti pola cuci otak pada teroris, dimana calon teroris akan terus di mabukkan dengan paham-paham yang menyimpang. Dengan menjadikan ayat-ayat agama sebagai pengantar. Memutar balikkan ayat-ayat dalam kitab suci yang tujuannya agar calon teroris mempercayai bahwa pemerintah adalah “Thogut” yang harus diperangi.
Penyebaran berita hosks dalam semalam dan disiarkan oleh beberapa portal berita serta media sosial yang dipakai oleh masyarakat umum sebagai alat penyebar informasi akan selalu menjadi pedang bermata dua.
Comments