Menurut Andar Ismail dalam buku Selamat Pagi Tuhan!, labora bukan hanya berarti bekerja, melainkan bekerja keras. Dari situ muncul kata bahasa Inggris “laborious” yang berarti rajin atau menyediakan banyak waktu.
Lalu, apa hubungan antara doa dengan bekerja keras? Dalam Alkitab, kerja keras ditunjukkan sebagai kebalikan dari kemalasan. Kemalasan bukan sekadar sifat buruk, tetapi dianggap sebagai kejahatan dan dosa yang membuat manusia harus bertaubat.
Sementara bagi Yesus, doa lebih dari sekadar ritual agama, doa juga lebih daripada kata-kata. Doa bagi Yesus adalah sikap. Artinya, apa yang diucapkan dalam doa harus tercermin dalam sikap hidup, begitu pula sebaliknya. Itulah yang terangkum dalam moto Ora et Labora.
Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan Kasdin Sihotang dalam buku Etika Kerja Unggul. Menurutnya, dalam ajaran kristen kerja adalah berkat karena sudah menyita sebagian besar waktu produktif manusia.
Itu sebabnya, dalam bekerja manusia tidak boleh lupa berdoa. Doa harus mewarnai kerja setiap manusia karena doa adalah usaha menghubungkan kehendak Tuhan dengan berbagai perbuatan yang diniatkan manusia dalam bekerja.
Bagi umat Kristen sendiri, tujuan bekerja adalah membuat dunia sesuai dengan dasar iman, ajaran Kitab Suci, dan rahmat. Kerja merupakan perwujudan iman yang berdasarkan pada ajaran dalam Kitab Suci.
Tuhan tak akan lupa memberikan rahmat sebanyak-banyaknya bagi umat-Nya yang bekerja. Sebab, manusia yang melakukan pekerjaannya dengan baik sama saja dengan menebarkan kebaikan.
Untuk itu, demi memperoleh berkat dari Tuhan, umat Kristen harus menerapkan prinsip Ora et Labora dan menjadikan pribadi Kristus sebagai teladan dan panutan.
Pekerjaan yang dilakukan umat Kristen harus dilakukan dalam kesungguhan hati, konsistensi, dan tanggung jawab, serta dalam kasih, solidaritas, keberanian, kecerdasan, dan kreativitas.
Dengan demikian, pekerja Kristiani adalah pekerja kabar baik tentang Kerajaan Allah yang senantiasa berhati mulia dan bahagia, berwajah gembira, serta bersukacita.
Comments