Waisak adalah salah satu dari empat hari besar Agama Buddha yaitu; Magha Puja, Waisak, Kathina, dan Asadha, dari keempat hari besar tersebut, hanya Hari Raya Waisak yang menjadi hari libur nasional berdasarkan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 3 tertanggal 19 Januari 1983. Hal tersebut disambut baik oleh seluruh Umat Buddha di Indonesia, karena hal tersebut menjadi titik awal pengakuan yang nyata terhadap Agama Buddha oleh pemerintah sehingga Umat Buddha Bisa melakukan Ritual Hari Besar Keagamaan dengan maksimal, lantaran sebelum Peraturan Pemerintah tersebut ditetapkan, banyak Umat Buddha yang bekerja di BUMN, Perusahaan Swasta, Hingga Pegawai Negeri Sipil harus tetap bekerja, terkecuali jika Hari Waisak jatuh di hari minggu.

Waisak dikenal juga dengan sebutan Tri Suci Waisak, hal tersebut berkenaan denga tiga peristiwa suci yang diperingati saat perayaan Waisak. Adapun tiga peristiwa suci tersebut yaitu;

  1. Lahirnya anak dari pasangan Raja Sudhodana dan Ratu Mahamaya penguasa Kerajaan Sakya, Pangeran Siddhartha di Taman Lumbini saat Purnama Waisak di Tahun 623 SM.
  2. Pangeran Siddhatha sang Pewaris Tahta Kerajaan Sakya yang memilih menjadi pertapa memperoleh Pengetahuan Sempurna dan Menjadi Buddha di bawah pohon Bodhi saat Purnama Waisak di Tahun 588 SM.
  3. Buddha wafat di bawah pohon sala kembar saat Purnama Waisak di Tahun 543 SM.

Beragam kegiatan dilakukan oleh Umat Buddha untuk menyemarakkan dan memaknai hari Raya Waisak beberapa kegiatan diantaranya adalah; Membersihkan Vihara dan menghiasnya, Perlombaan-perlombaan, donor darah, berbagi sembako terhadap masyarakat yang kurang mampu. Sementara kegiatan kerohanian diantaranya adalah; Puasa (Athasiala), Meditasi, Melafal Mantra, Hingga Ritual Puja Bakti. Secara nasional, perayaan Hari Waisak diselenggarakan di Candi Borobudur (Jawa Tengah) dan Candi Sewu (Yogyakarta), namun selama dua tahun belakangan (Tahun 2020 dan 2021) dimasa Pandemi Covid-19 sesuai anjuran pemerintah Perayaan Waisak di lakukan secara Online.

Purnama Waisak 2565 Tahun Buddhis jatuh pada tanggal 26 Mei 2021, detik-detik Purnama Waisak terjadi pada Pukul 18.13.30 WIB, kabar tersebut tentunya menggairahkan semangat Umat Buddha untuk kembali mempraktikkan Ajaran Buddha (Dhamma) kalam kehidupan berasyarakat, berbangsa, dan bernegara, selain dari pada itu Purnama Waisak diyakini dalah purnama dengan cahaya yang paling terang diantara purnama di bulan lain. Kebahagiaan kabar ditik-detik Purnama Waisak tidak bertahan lama lantaran juga mendengar kabar bahwa di hari yang sama Rabu 26 Mei 2021 akan terjadi gerhana Bulan Total yang terjadi pada Pukul 18.11 – 18.29 WIB, dengan demikian saat rembulan mengalami purnama sempurna akan tidak bisa menikmati cahaya keemasannya lantaran terjadi gerhana dimana cahaya matahari yang seharusnya menyinari rembulan terhalang sempurna oleh bumi yang menjadikan cahaya Purnama Waisak menjadi merah darah.

Terjadinya fenomena alam dimana saat bulan mengalami purnama di saat yang sama terjadi gerhana bulan total adalah kejadian langka yang hanya terjadi setiap 195 tahun sekali. Meskipun banyak golongan spiritual dan supranatural yang mengartikan kejadian tersebut merupakan pertanda buruk, sebagai simbol tertutupnya kebaikkan dengan keburukan, cahaya terang dengan kegelapan, hingga akan datangnya musibah, hal tersebut tidak mengurangi semangat Umat Buddha untuk tetap melaksanakan meditasi menyambut detik-detik waisak.

Momentum tersebut justru membuat Umat Buddha semakin khusuk dalam doa dan meditasi, mengharap dan mendoakan agar segala kemalangan, karma-karma buruk, tanda-tanda jelek, berbagai penyakit, kesalahan, ancaman-ancaman bahaya, ketakutan kecemasan, dan mimpi-mimpi buruk agar lenyap dan sirna berkat kekuatan Buddha, Dhamma, dan Sangga.

Sebagai manusia, hendaknya kita semua sadar bahwa kita adalah makhluk yang lemah, hendaknya kita hidup saling menghargai, saling menghormati dan saling tolong menolong. Bulan Mei Tahun 2021 hendaknya menjadi titik awal membangkitkan kesadaran sebagai manusia yang berprikemanusiaan dan berprilaku bajik sebagaimana setiap agama mengajarkan. Masih teringat dengan jelas dimana bulan Mei ini umat Islam menjalankan Ibadah Puasa dan merayakan Hari Idul Fitri, Umat Katolik melaksanakan ibadah Bulan Maria, Umat kristen memperingati hari Pentakosta.

Hal yang paling menarik adalah saat Umat Buddha melakukan Puja Bakti dan Meditasi menyambut detik-detik Purnama Waisak, saat yang sama umat Islam melaksanakan Sholat Gerhana, Umat Hindu dan Umat Konghucu melaksanakan Puja Purnama.

#Beragam itu Indah

#Damai itu Indonesia

Suyadi

Mengambil Pelajaran dari Drama Tiongkok Heroes (2020)

Previous article

Teladan Kebangsaan KH Hasyim Asy’ari

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini