Baru-baru ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga ) yang menimpa seorang artis sekaligus penyanyai dangdut tanah air, yaitu Lesti Kejora dan suaminya Rizki Billar. Diketahui Lesti Kejora melaporkan sang suami ke pihak yang berwajib atas sangkaan kekerasan terhadap dirinya. Sontak saja berita tersebut membuat heboh dunia maya, pasalnya pernikahan mereka selama ini terkenal adem ayem, romantis dan selalu harmonis diberbagai kesempatan.

Tentu hal ini membuat heboh para fansnya. Dukungan dari berbagai kalanganpun hadir untuk untuk Lesti, baik memberikan semangat, kekuatan, maupun doa-doa baik mereka agar Lesti segera pulih dan sembuh dari kasus yang menimpanya. Pun, agar ia segera mendapatkan jalan terbaik dari apa yang menimpa keluarganya. Begitupun dukungan dari para rekan-rekannya sesama artis, yang mengalir dengan begitu tulus memberikan dukungan kepada sahabatnya tersebut. Sebagai seorang perempuan yang tengah membangun biduk rumah tangga, tentu Lesti Kejora akan berusaha memberikan yang terbaik dalam keluarganya.

Walaupun pada akhirnya pertahanannya selama ini jebol karena perlakuan suaminya yang ia cintai melakukan kekerasan. Memang tidak ada rumah tangga yang akan mulus-mulus saja, karena berumah tangga sejatinya adalah sebuah proses dua aktor untuk saling memanusiakan pasangan dengan semua kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apapun masalah yang dihadapi dalam rumah tangga tentu harus disikapi dengan bijak untuk saling mencari solusi terbaik terhadap masalah yang ada.

Tetapi bukan dengan cara melakukan tindakan kekerasan terhadap istri maupun suami. Kekerasan dalam rumah tangga tidak diizinkan apapun alasannya. Maka, sudah sangat tepat apa yang dilakukan Lesti ketika ia menjadi korban dari suaminya sendiri. Karena memang tidak ada kata toleransi untuk siapapun yang melakukan kekarasan dalam rumah tangga, dengan alasan apapun itu. Belum usai rasa traumatis yang dialami Lesti atas apa yang menimpanya dan keluarganya, namun sudah muncul pihak-pihak yang mencoba mengambil keuntungan dari apa yang terjadi.

Terutama bagi para konten creator yang begitu banyak memanfaatkan momen tersebut untuk membuat berbagai konten-konten demi meraup keuntungan pribadi maupun kelompok tertentu. Sehingga mereka lupa bagaimana rasanya berempati kepada orang yang tengah tertimpa musibah. Salah satunya adalah youtober ternama tanah air, yaitu Baim dan Paula.

Selama ini Baim dan Paula memang terkenal dengan konten-konten sosialnya terhadap berbagai kondisi masyarakat tertentu, sehingga ia kerap kali didatangi oleh orang-orang yang ingin sekedar meminta bantuannya. Namun, yang kita sesali adalah, sebagai seorang public figur dan youtober, yang seharusnya memberikan contoh dan konten-konten yang mendidik kepada para pengikutnya, malah mereka membuat kasus KDRT sebagai sebuah candaan dan lelucon.

Tentu ini menjadi pemandangan yang miris sekali, alih-alih berempati terhadap kasus yang menimpa rekan sesama artisnya, yaitu Lesti, malah mereka membuat konten dengan candaan perihal KDRT bahkan mereka sengaja melibatkan oknum polisi dalam konten tersebut. Terlepas itu benar atau hanya sekedar settingan, tetap saja, itu tidak dibenarkan. KDRT bukanlah bahan lelucon yang bisa dikontenkan apalagi sampai dibercandaiin sebagai bahan lelucon.

Teruntuk Baim dan Paula, kalaupun kalian bukanlah korban, setidaknya berempatilah terhadap korban. Kalian adalah conten creator yang menjadi pusat perhatian dan tontonan para pengikutnya dan jamak lagi pasang mata, maka jadilah conten creator yang mengedukasi para pengikutmu, setidaknya pahamilah juga kondisi orang lain, yang sedang tidak baik-baik saja.

Mencari kehidupan boleh, tetapi tidak dengan lelucon semua kondisi orang lain. Teruntuk Baim dan Paula, menjadi korban itu punya trauma yang begitu dalam, untuk bisa bersuara itu tidak mudah bagi korban, butuh bergulatan dan kecamuk yang luar biasa dalam dirinya, sehingga ketika ia berani melaporkan kekerasan yang dialaminya tersebut, itu merupakan keberanian luar biasa yang tidak akan bisa orang lain rasakan, jadi kedepankanlah empati untuk bisa memahami kondisi orang lain, apalagi sudah membawa aparat penegak hukum, karena tidak semua hal bisa dibercandain.

Menjadi korban KDRT itu berat, traumanya berkepanjangan, hidupnya selalu merasa penuh dengan kecemasan akibat tekanan yang sering ia dapatkan. Bahkan akibat jangka panjangnya ialah korban bisa-bisa kehilangan konsentrasi, depresi, bahkan gangguan mental. Maka support setiap pihak sangat dibutuhkan korban agar segera pulih dari apa yang dialaminya.

Ayo, kita sama-sama mengedepankan rasa empati terhadap kondisi orang lain.

Nuraini Zainal

MAARIF Institute Apresiasi Langkah Pemerintah Australia Wujudkan Komitmen Kemanusiaan Terhadap Palestina

Previous article

Nasihat dari Bapak Haedar Nashir

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini