ISIS dikenal karena propagandanya yang luas dan efektif. ISIS memakai Bendera Hitam Islam dan merancang lambang yang memiliki makna simbolis di kalangan umat Islam.

Pada bulan November 2006, tidak lama setelah mengubah namanya menjadi “Negara Islam Irak”, kelompok ini mendirikan Al-Furqan Foundation for Media Production untuk keperluan pembuatan CD, DVD, poster, pamflet, dan produk propaganda web sekaligus pernyataan resmi. ISIS mulai memperluas kehadiran medianya pada tahun 2013 lewat pembentukan sayap media keduanya bernama Al-I’tisam Media Foundation pada bulan Maret dan Ajnad Foundation for Media Production untuk pembuatan nasyid dan konten suara pada bulan Agustus.

Pada pertengahan 2014, ISIS mendirikan Al-Hayat Media Center yang menargetkan masyarakat Barat dan memproduksi material berbahasa Inggris, Jerman, Rusia dan Prancis. Ketika ISIS mengumumkan perluasannya ke negara lain pada November 2014, organisasi ini mendirikan departemen media untuk cabang-cabang barunya. Sayap media ISIS menjamin bahwa cabang-cabangnya mengikuti model pemasaran yang dipakai di Irak dan Suriah.

Bulan Desember 2014, Direktur FBI James Comey menyatakan bahwa “propaganda ISIS sangat bagus. Mereka mengudara dalam kurang lebih 23 bahasa”.

Sejak Juli 2014, al-Hayat mulai menerbitkan majalah digital bernama Dabiq, dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Inggris. Menurut majalah tersebut, namanya diambil dari nama kota Dabiq di Suriah utara yang disebutkan dalam sebuah hadits mengenai Hari Kiamat. Al-Hayat juga menerbitkan majalah digital berbahasa Turki bernama Konstantiniyye, nama Istanbul dalam bahasa Turki Utsmaniyah, pada bulan Juni 2015. Kelompok ini juga mengoperasikan jaringan radio Al-Bayan yang menyiarkan buletin berbahasa Arab, Rusia, dan Inggris, dan meliput aktivitasnya di Irak, Suriah, dan Libya.

Pemanfaatan media sosial oleh ISIS diakui “lebih hebat daripada sebagian besar perusahaan Amerika Serikat”. Organisasi ini sering menggunakan media sosial, terutama Twitter, untuk menyebarkan pesan-pesannya dengan melakukan kampanye tagar, mengepos kicauan di tagar populer, dan memanfaatkan aplikasi perangkat lunak yang memungkinkan propagandanya tersebar secara otomatis lewat akun para pendukungnya.Seorang pengamat mengatakan bahwa “NIIS lebih mahir memanfaatkan media sosial daripada kelompok-kelompok jihad lainnya… Kehadiran mereka di media sosial sangat teratur.”

Pada Agustus 2014, Twitter menutup beberapa akun yang berhubungan dengan NIIS. NIIS membuat lagi dan mempublikasikan akun-akun barunya keesokan harinya, namun ditutup lagi oleh Twitter. Kelompok ini berusaha beralih ke situs media sosial alternatif seperti Quitter, Friendica, dan Diaspora. Namun demikian, Quitter dan Friendica berusaha melenyapkan akun-akun ISIS dari situs mereka.

Penerbitan video dan foto pemenggalan, penembakan, pembakaran atau penenggelaman tahanan dijuluki sebagai “prestasi” ISIS. Wartawan Abdel Bari Atwan menyebut konten media NIIS sebagai bagian dari “kebijakan yang diterapkan secara sistematis”. Kekejaman pembunuhannya “menjamin” naiknya perhatian media dan masyarakat. Sesuai rencana strategiwan al-Qaeda Abu Bakr Naji, ISIS berharap bahwa “kekejaman” akan membuat musuh-musuh Baratnya “jengkel dan lelah” dan menarik Amerika Serikat ke lapangan untuk melawan ISIS. Pasukan yang tidak berniat untuk memenangkan perang berkelanjutan akan “dibuat lelah” secara militer.

Selain pencitraan yang brutal, ISIS mencitrakan dirinya sebagai “negara impian yang emosional, tempat orang-orang ‘kembali’, ketika semua orang adalah ‘saudara’ atau ‘saudari’. Adaptasi atau singkatan istilah Islam yang disesuaikan dengan bahasa prokem mulai merebak di akun-akun media sosial berbahasa Inggris untuk menciptakan citra ‘jihadi keren’.”

“Alasan psikologis yang paling manjur” dari propaganda media ISIS adalah janji surga bagi para pejuang yang syahid. Media ISIS sering mengepos foto jihadis syahid dengan wajah tersenyum, ‘salam’ ISIS berupa ‘telunjuk yang mengarah ke langit’, dan kesaksian para janda pejuang yang bahagia.

ISIS juga berusaha memaparkan “argumen [yang lebih] rasional” dalam seri “pernyataan pers/diskusi” yang dibawakan oleh John Cantlie dan dipublikasikan di YouTube. Salah satu “presentasi Cantlie” mengutip berbagai pejabat Amerika Serikat, baik petahana maupun mantan, seperti Presiden Barack Obama dan pejabat CIA Michael Scheuer. Bulan April 2015, sekelompok peretas yang mengaku berbaiat kepada NIIS meretas 11 saluran televisi global milik TV5Monde selama beberapa jam dan mengambil alih halaman media sosialnya selama hampir satu hari. Perusahaan keamanan siber Amerika Serikat, FireEye, melaporkan bahwa serangan tersebut diyakini dilakukan oleh kelompok peretas asal Rusia bernama APT28 yang diduga berhubungan dengan pemerintah Rusia.

Setelah serangan Paris November 2015, grup hacktivis Anonymous “menyatakan perang” terhadap ISIS. Beberapa hari setelah serangan, Anonymous mengumumkan bahwa mereka telah menutup “lebih dari 5.500” akun Twitter milik pendukung ISIS. Kelompok ini juga merilis “daftar target” untuk para anggotanya, termasuk “akun Twitter anggota ISIS, penyedia layanan Internet Suriah, dan surel dan server web ISIS.”Sebuah akun Telegram yang diduga terkait dengan ISIS menanggapi aksi Anonymous dengan menyebut mereka “idiot”. Juru bicara Twitter memberitahu The Daily Dot bahwa Twitter tidak memakai daftar akun yang dilaporkan Anonymous karena terbukti “sangat tidak akurat” dan mencakup akun milik para akademisi dan wartawan.

Gusveri Handiko
Blogger Duta Damai Sumbar Tamatan Universitas Andalas Padang Menulis Adalah Salah Satu Cara Untuk Berbuat Baik

    Dina Sulaiman: Teroris Timur Tengah Keuangannya Berasal…

    Previous article

    Mengetuk Pintu Nurani Seorang Insan

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Opini