Ibu pertiwi mulai menangis, ketika pemuda-pemudinya dengan bangga bersikap egois. Karena pilihan pendapat yang berbeda, rasa tidak suka, dan tidak sependapat dengan ajarannya, mereka mulai bertindak rasis. Apakah pantas, kita manusia yang hina ini menghina sesama manusia? Tentu tidak, bukan?

Katanya Indonesia menjunjung Bhineka Tunggal Ika, yang berbeda tetapi tetap satu jua. Mana? Apakah semboyan itu hanya berlaku pada golongan yang berkuasa saja? Atau hanya berlaku pada golongan mayoritas yang sewaktu-waktu bertindak beringas?

Hoi! Kau yang berdiri di balik gawai indahmu dan yang bermain kata dengan jari-jemarimu! Ciptakanlah perdamaian untuk Indonesia yang krisis akan pemikiran kritis! Tidakkah kau pernah berselancar dengan gawaimu yang indah itu, mengenai sebuah negara yang hancur karna tidak mau berdamai? Berdamai dengan egonya masing-masing.

Apakah gawai yang kaupengang, hanya untuk berlagak saja agar yang lain memuja dan memujimu? Cih! Jika itu yang kau harapkan, lebih baik kuminta bumi pertiwi menelan bulat-bulat tubuhmu yang bundar itu! Karena apa? Karena tidak berguna!

Aku tidak meminta, memohon, maupun mengemis padamu wahai penerus bangsa yang katanya bisa dipercaya. Setidaknya, sederhananya, semampunya, daripada kau berkata omong kosong, seperti tong sampah yang kosong. Lihatlah keadaan negara Indonesia sekarang ini.

Ciptakanlah perdamaian, ciptakanlah hidup rukun, ciptakanlah toleransi yang tinggi. Agar nanti jika kau mati, anak cucumu ditinggalkan dengan negara yang indah dengan toleransi, bukan negara yang hancur karna paham radikalisasi.

Selamat hari Sumpah Pemuda!Hoi, Pemuda-Pemudi! Ibu pertiwi mulai menangis, ketika pemuda-pemudinya dengan bangga bersikap egois. Karena pilihan pendapat yang berbeda, rasa tidak suka, dan tidak sependapat dengan ajarannya, mereka mulai bertindak rasis. Apakah pantas, kita manusia yang hina ini menghina sesama manusia? Tentu tidak, bukan? Katanya Indonesia menjunjung Bhineka Tunggal Ika, yang berbeda tetapi tetap satu jua. Mana? Apakah semboyan itu hanya berlaku pada golongan yang berkuasa saja? Atau hanya berlaku pada golongan mayoritas yang sewaktu-waktu bertindak beringas? Hoi! Kau yang berdiri di balik gawai indahmu dan yang bermain kata dengan jari-jemarimu! Ciptakanlah perdamaian untuk Indonesia yang krisis akan pemikiran kritis! Tidakkah kau pernah berselancar dengan gawaimu yang indah itu, mengenai sebuah negara yang hancur karna tidak mau berdamai? Berdamai dengan egonya masing-masing. Apakah gawai yang kaupengang, hanya untuk berlagak saja agar yang lain memuja dan memujimu? Cih! Jika itu yang kau harapkan, lebih baik kuminta bumi pertiwi menelan bulat-bulat tubuhmu yang bundar itu! Karena apa? Karena tidak berguna! Aku tidak meminta, memohon, maupun mengemis padamu wahai penerus bangsa yang katanya bisa dipercaya. Setidaknya, sederhananya, semampunya, daripada kau berkata omong kosong, seperti tong sampah yang kosong. Lihatlah keadaan negara Indonesia sekarang ini. Ciptakanlah perdamaian, ciptakanlah hidup rukun, ciptakanlah toleransi yang tinggi. Agar nanti jika kau mati, anak cucumu ditinggalkan dengan negara yang indah dengan toleransi, bukan negara yang hancur karna paham radikalisasi. Selamat hari Sumpah Pemuda!

Yui
Penulis dan Pengarang

    Nasihat dari Bapak Haedar Nashir

    Previous article

    Toleransi Adalah Kunci Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Yang Damai.

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Berita