Bagi sebagian orang kata “Damai Waisak, Damailah Dunia” mungkin terlalu mengada-ada atau bahkan terbilang lebai. Namun jika kita cermati setidaknya tidak ada pro kontra adanya boleh tidaknya memberikan ucapan selamat Hari Waisak kepada mereka yang beragama Buddha.

Hari Waisak sendiri memperingati tiga peristiwa yang berkenaan dengan kehidupan Buddha, yakni; 1). Lahirnya Pangeran Siddharta sebagai calon Buddha, 2). Pangeran Siddhartha memperoleh pengetahuan sempurna dan menjadi Buddha, dan 3). Buddha Wafat.

Buddha bukan Tuhan. Karena dalam agama Buddha, Tuhan itu tidak di lahirkan, tidak di jelmakan, tidak di ciptakan, dan Mutlak adanya. Buddha bukan Nabi, karena ajaran yang dibabarkan bukan merupakan Wahyu dari Tuhan, tetapi pengalaman kehidupan pribadi dan apa yang dilihat serta dipahami saat bermeditasi di bawah pohon Bodhi.

Buddha adalah seorang guru yang mengajarkan kepada manusia untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi makhluk lain. Bahkan di beberapa negara, Buddha dikenal sebagai filsafat hidup sehingga ajaran Buddha tidak melekat hanya untuk pemeluknya.

Buddha sendiri mengajarkan ajarnya bukan untuk menjadikan mereka sebagai pengikutnya atau sebagai umatnya, tetapi demi agar mereka memahami penyebab penderitaan yang mereka alami, dengan mengetahui penyebab penderitaan maka mereka bisa menemukan cara untuk mengatasi penderitaan tersebut. Buddha ibarat seorang dokter yang mengetahui penyebab penyakit dari seorang pasien, kemudian memberi petunjuk kepada pasien tersebut untuk melakukan apa dan menghindari apa, serta meminum obat yang sesuai. Kesembuhan pasien tergantung pada diri sipasien sendiri yang mau menjaga pola hidup, serta minum obat nya atau tidak. Demikian juga dengan Buddha, hanya menunjukkan jalan menuju kebagian, berhasil atau tidaknya tergantung pada karma mereka sendiri.

Sebagai siswa yang tahu akan balas budi, maka merayakan hari kelahiran dari gurunya adalah hal yang wajar, dan sebagai seorang sahabat yang baik, ketika melihat sahabatnya bergembira dengan merayakan hari kelahiran gurunya tentu akan serta merta turut bergembira dan memberikan ucapan selamat kepada sahabatnya yang tengah bersuka cita tersebut.

Kedamaian dari ajaran Buddha adalah tidak adanya isu yang berupa Buddhanisasi, bahkan ketika di Indonesia ada pembakaran Vihara tidak ada umat Buddha yang tersulut emosi yang kemudian melakukan demonstrasi atau bahkan balik membakar tempat ibadah umat lainnya. Bahkan ketika berita tentang pembakaran Vihara yang terjadi di Indonesia tersebar luas ke seluruh dunia, umat Buddha di Negara tetangga seperti Thailand yang mayoritas penduduknya beragama Buddha juga tidak memberikan teguran atau protes kepada pemerintah Indonesia.

Umat Buddha di seluruh dunia menyadari masalah yang terjadi dalam suatu negara berkenaan agama adalah masalah pribadi negara tersebut, yang tentunya akan berhadapan dengan hukum negara yang bersangkutan, dari pada membuang waktu dan tenaga untuk berdemo jauh lebih penting melakukan kebaikan untuk meringankan beban orang lain.

Akhir kata penulis ucapkan semoga semua makhluk terbebas dari kebencian, keserakahan, iri hati, dan dendam, sehingga memiliki kebijaksanaan untuk memahami diri pribadi sebagai manusia yang manusiawi dan bersama melakukan kebaikan demi terciptanya kedamaian dunia.

Suyadi

Meditasi Purnama di Siang Bolong, Gimana Ceritanya?

Previous article

UAS Ditolak Singapura: Jejak Digital Penceramah Ekstremis?

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini